Brebes, Gatra.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membuat sekolah virtual untuk membantu anak yang putus sekolah karena kendala ekonomi bisa kembali mengenyam pendidikan. Sekolah virtual ini salah satunya diadakan di SMAN 3 Brebes.
Terdapat 36 anak-anak tidak sekolah dan putus sekolah di Brebes yang mengikuti sekolah yang baru diadakan pada tahun ini itu. Salah satunya adalah Uswatun Khasanah (17), warga Desa Jagalampeni, Kecamatan Wanasari.
Uswatun mengaku senang dan terbantu dengan adanya sekolah virtual karena dia bisa bersekolah sambil bekerja. "Proses belajar mengajarnya jarak jauh, lewat online. Jadi bisa sambil bekerja," kata Uswatun, Selasa (20/10).
Uswatun bekerja di sebuah toko di Depok, Jawa Barat setelah lulus Madrasah Tsanawiyah (MTs) Wahid Hasyim Jagalampeni pada 2017 lalu. Dia tak melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA karena terkendala ekonomi.
Ayah Uswatun sehari-hari bekerja sebagai kuli dan terkadang menjadi buruh tani. Sementara sang ibu berjualan di rumah untuk menambah penghasilan keluarga. "Mau melanjutkan sekolah terkendala ekonomi. Jadi setelah lulus saya kursus menjahit, kemudian bekerja," ujarnya.
Uswatun mengaku awalnya mendapat informasi tentang adanya sekolah virtual dari salah seorang guru saat di MTs Wahid Hasyim. Dia kemudian mengumpulkan sejumlah persyaratan yang dibutuhkan, di antaranya ijasah, Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional, akta kelahiran dan kartu keluarga.
Setelah dinyatakan memenuhi syarat, Uswatun kemudian mendapat handphone (HP), kuota internet 15 giga dan buku-buku pelajaran. "Ini sudah sekitar dua minggu ikut sekolah online. Materi pelajaran yang diberikan ada yang lewat Zoom, Google Class Room, grup WhatsApp, dan Youtube," ungkapnya.
Uswatun biasanya mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah virtual pada malam hari seusai pulang bekerja. Mata pelajaran yang diajarkan sama dengan mata pelajaran di sekolah pada umumnya, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Sosiologi. "Saya biasanya sekolah dari jam 19.00 sampai selesai. Biasanya sampai jam 22.00," ucap remaja yang ingin melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi ini.
Kepala SMAN 3 Brebes, Eko Priyono mengatakan, sekolah virtual diperuntukkan untuk anak-anak usai sekolah namun tidak sekolah atau putus sekolah karena faktor ekonomi dan sistem zonasi sekolah. "Yang ditunjuk untuk menggelar sekolah virtual hanya dua sekolah yakni SMAN 3 Brebes dan dan SMAN 1 Kemusu, Boyolali. Brebes dipilih karena dipandang masih banyak anak-anak usai sekolah yang tidak sekolah," ujarnya.
Eko menjelaskan, siswa sekolah virtual berasal dari sejumlah kecamatan. Meski masih usia sekolah, mereka rata-rata sudah bekerja, baik di Brebes maupun di luar kota untuk membantu perekonomian keluarga. "Kami berkoordinasi dengan Forum Masyarakat Peduli Pendidikan terkait data anak yang tidak sekolah dan putus sekolah karena kendala ekonomi. Kemudian yang bersedia, kami daftarkan dan kami fasilitasi HP, kuota dan buku. Jumlahnya hanya 36 siswa karena mengikuti Dapodik, satu kelas 36 siswa," jelasnya.
Menurut Eko, pembelajaran dalam sekolah virtual sama dengan pembelajaran di sekolah reguler. Setelah lulus, siswa juga akan mendapat ijasah. "Pembelajarannya sama, seminggu 42 jam, lamanya tiga tahun, kurikulumnya juga sama. Bedanya adalah sistemnya online. Kami beri jadwal. Siswa bebas mau belajar pagi, siang atau malam. Siswa juga bisa mengikuti pembelajaran dari mana saja," ujarnya.
Eko mengatakan, sekolah virtual mulai berjalan pada Oktober. Namun prosesnya sudah dimulai sejak Agustus. "Prosesnya melibatkan ahli pendidikan dari sejumlah kampus dan juga Dewan Pendidikan Provinsi. Kemudian dilaunching Pak Gubernur beberapa hari yang lalu," kata dia.