Home Gaya Hidup Catatan Panjang Eko Suharjo

Catatan Panjang Eko Suharjo

Pekanbaru, Gatra.com - Lelaki 46 tahun ini mematut-matut lembar demi lembar semua kertas catatan yang tertumpuk di meja ruang kerja itu.

Kertas catatan yang sudah ada sejak lebih dari 10 tahun lalu, persis saat Eko Suharjo memanggul amanah jadi wakil rakyat Kota Dumai, Provinsi Riau.

Dan sebetulnya, sudah beberapa bulan belakangan kertas catatan tadi bolak balik dia tengok, pahami dan kemudian catatan baru atas onggokan catatan itu, dia bikin.

Begitulah cara Wakil Wali Kota Dumai ini merunut kembali dan merancang rencana baru untuk kota seluas 2.039 kilometer persegi itu.

Maklum, oleh bisikan orang banyak, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Dumai ini memutuskan untuk maju dalam pemilihan Wali Kota Dumai, akhir tahun ini.

"Saya musti memilah apa saja yang mau saya bikin andai nanti saya terpilih jadi Wali Kota. Artinya, kota ini kan sudah dibangun sejak lama. Tentu, apa-apa saja yang sudah bagus yang sudah dibikin para pendahulu, tapi masih belum rampung, tentu akan saya rampungkan. Nah, untuk melengkapi yang sudah bagus itulah makanya semua catatan saya yang ada, saya bongkar kembali," cerita mantan anggota DPRD Riau ini saat berbincang dengan Gatra.com, akhir pekan lalu.

Dumai hari ini kata Eko adalah Dumai yang sudah sampai pada gerbang Dumai Gemilang. Sebab kata dia, sesungguhnya Dumai sudah punya bekal yang lebih dari cukup untuk itu.

Sudahlah sejak lama sudah jadi kota pelabuhan dan industri, letaknya yang sangat strategis, membikin kota ini semakin seksi.

"Banyak potensi yang bisa kami garap. Mulai dari potensi wisata yang ada, hingga industri kecil yang musti segera tumbuh," katanya.

Tak berlebihan kalau Eko menyinggung soal industri kecil itu. Sebab oleh letak yang sangat strategis tadi, apapun produk kreatif yang dibikin oleh masyarakat Dumai, akan gampang dipasarkan.

"Ke Malaysia dan Singapura, enggak jauh. Hadirnya jalan Tol Pekanbaru-Dumai telah membikin denyut geliat kota ini semakin kencang. Sebab orang-orang sudah tak kesulitan lagi datang ke sini," ujarnya.

Tinggal lagi kata Eko, gimana nanti Pemerintah Kota Dumai mengembangkan potensi kreatif yang sudah ada di masyarakat dan kemudian dijadikan industri.

"Tugas pemerintahlah nanti menyiapkan SDM dan sistim manajemen untuk itu, termasuk pemasarannya. Tengok Yogyakarta, Banyuwangi, Cirebon, industri kretaif telah membikin masyarakatnya benar-benar hidup. Padahal, daerah-daerah itu enggak lebih strategis dari Dumai. Kita, ke ibukota provinsi hanya 2,5 jam. Ke luar negeri, hanya sekitar 1 jam. Makanya saya bilang, kita hanya memutar otak untuk memproduksi ragam produk untuk kita jual," katanya.

Untuk ini semua kata Eko, otomatis, Dinas Perindustrian dan UKM, Organisasi Perangkat Dinas (OPD) terkait, musti bisa jadi leader, termasuk Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda).

"Itu juga makanya satu dari 12 program unggulan saya itu adalah menyiapkan pelatihan keterampilan kerja. Tujuannya ya untuk ini. Potensi yang ada kita kumpulkan, SDM nya kita siapkan, pemasaran kita tanggungjawabi. Saya yakin, ekonomi masyarakat akan segera menggeliat dari sektor ini. Tentu, semuanya enggak akan sulit kalau masyarakat mau kreatif," ujarnya.

Sembari memberesi ini, urusan lahan-lahan petani yang bermasalah dengan klaim kawasan hutan kata Eko juga menjadi perhatian utama.

Lelaki ini tidak bisa memungkiri kalau kelapa sawit sudah jadi motor penggerak ekonomi secara Nasional, termasuk Riau, khususnya Dumai.

"Alhamdulillah, Undang-Undang Cipta Kerja (UUCIKA) sudah disahkan. UU ini telah memberikan ruang dan peluang besar bagi masyarakat Dumai khususnya petani kelapa sawit, untuk menyelesaikan persoalan lahan yang selama ini ada. Lagi-lagi, pemerintah Kota Dumai lah nanti yang akan menjadi motor untuk ini. Sebab, kalau persoalan lahan belum beres, enggak mungkin mereka bisa mengurusi sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang sudah wajib bagi petani tahun 2025 nanti," katanya.

"Kalau untuk Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB), enggak sulitlah, malah saya akan gratiskan itu," tambahnya.

Lagi-lagi kata Eko, memilih Syarifah untuk menjadi wakilnya dalam pemilihan Wali Kota Dumai, bukan juga tanpa alasan.

"Tuhan sudah menakdirkan kalau perempuan itu suka yang indah-indah dan perempuan suka membikin hal-hal yang kreatif. Tadi sudah saya bilang bahwa industri kreatif punya peluang besar untuk mendongkrak ekonomi masyarakat Dumai. Untuk ini, sentuhan dan peran Syarifah sangat dibutuhkan. Termasuk untuk menata industri pariwisata yang ada," katanya.

Bagi Eko, perairan Dumai yang menghampar mulai dari Kelurahan Pelintung hingga ke Kelurahan Teritip itu, bukan sekadar perairan yang hanya dijejali pelabuhan-pelabuhan. Tapi perairan yang justru bisa jadi ladang duit.

"Dan saya masih ingat betul bahwa sebahagian masyarakat Dumai itu adalah Nelayan. Tentu, ke depan, mereka enggak boleh lagi hanya sekadar Nelayan. Tapi Nelayan yang memang sudah punya SDM yang mumpuni dengan peralatan yang cukup. Ada sederet stakeholder yang bisa kita gandeng untuk ini. Tinggal lagi nanti gimana kita menyiapkan tempat pelelangan ikan yang baik," ujarnya.

Terlepas dari apapun yang dibilang oleh Eko tadi, tentu kembali kepada masyarakat Dumai. Hanya saja, hal paling penting musti diingat, Eko dan Syarifah adalah anak jati Dumai yang punya skill yang mumpuni untuk membawa Dumai menuju 'Kota Gemilang' itu.

"Insya Allah, skill itu sudah dibarengi dengan niat dan tekad yang tulus. Jika ini semua dikolaborasikan dengan kebersamaan masyarakat, semua bisa kita bikin," katanya.


Abdul Aziz

1486