Cilacap, Gatra.com – Pemerintah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah kembali mengintensifkan pemantauan di perbatasan, seiring melonjaknya kasus Covid-19. Lonjakan dipengaruhi terungkapnya klaster pesantren dan sejumlah klaster lainnya.
Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan ada tiga pos perbatasan yang menjadi perhatian. Di timur, perbatasan ke arah Banyumas-Kebumen-Yogyakarta.
“Posnya ada di sampang,” ucapnya, Senin (19/10).
Adapun di sisi barat, dua perbatasan menjadi perhatian utama, yakni perbatasan antara Cilacap-Pangandaran, Jawa Barat dan perbatasan Cilacap-Kota Banjar, Jawa Barat. “Di selatan di Patimuan, Kalipucang, yang sebelah utaranya itu di Mergo,” ujarnya.
Perbatasan yang dipantau merupakan jalur besar antarprovinsi. Namun begitu, dia mengakui, masih ada sejumlah perbatasan yang belum terjaga. Salah satu terhitung sebagai jalur besar yakni, jalur antara Brebes-Wangon-Cilacap.
“Memang masih ada. Tapi secara periodik kita pantau juga,” ujarnya.
Menurutnya, pemantauan di perbatasan penting dipantau untuk mengetahui lalu lintas pemudik atau pendatang yang hendak masuk ke Cilacap. Para pelintas dicek suhu tubuhnya untuk memastikan kesehatannya.
Jika ada indikasi Covid-19, maka pendatang atau pemudik akan dirapid. Jika reaksioner rapid, maka yang bersangkutan akan dites usap. Para pendatang atau pemudik diwajibkan karantina untuk memastikan kesehatannya.
“Ada beberapa klaster yang sumber penularan awalnya berasal dari orang luar daerah. Orang yang mudik,” jelasnya.
Sementara, jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Cilacap hingga Senin (18/19). Total kasus positif Covid-19 di Cilacap mencapai 913 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 425 orang dinyatakan sembuh, 471 dirawat dan 17 orang meninggal dunia.