Purworejo, Gatra.com - Wajah Widadi terlihat sumringah saat menerima sebakul nasi plus sayur dan lauk-pauknya dari Satgas Covid-19 Desa Krandegan. Setiap hari, petugas menggunakan sepeda motor menyambangi rumah sederhana Widadi di RT 1 RW 1, Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Purworejo, untuk memberikan bantuan pangan tersebut.
Sejumlah ibu-ibu pun terlihat riang memasak makanan sambil bercengkerama di dapur umum yang disediakan oleh Kepala Desa (Kades) Krandegan, Dwinanto di belakang kantor desa. Sejak pandemi Covid-19, setiap hari mereka bergiliran memasak nasi dan aneka lauk pauknya untuk warga-warga tak mampu di desa ini.
"Program 3 (telu) Nulung 1 (siji) atau 3N1 (baca ENI) merupakan salah satu program kami untuk menjaga ketahanan pangan di Desa Krandegan. Program ini juga selaras dengan Jogo Tonggo-nya Pak Gubernur Ganjar Pranowo, yaitu komponen gotong royong," kata Dwinanto ketika ditemui di kantornya, Sabtu akhir pekan kemarin.
Konsepnya, lanjut Kades inovatif ini, warga dipetakan menjadi tiga kelompok, yaitu merah (miskin kesulitan pangan dan tidak memiliki pekerjaan), kuning (miskin tapi masih bisa makan), dan hijau (mampu secara ekonomi).
Kemudian, petugas mendata kebutuhan kelompok merah dan kuning, lalu kelompok hijau bisa memberikan apa. "Ada 25% warga kami yang hidupnya kategori tidak mampu atau kelompok merah, 60 KK. Sementara [itu], 75% masuk kategori hijau atau mampu. Jadi, satu orang tidak mampu akan dibantu oleh tiga orang mampu, makanya saya namakan Telu Nulung Siji," lanjut alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) ini.
Widadi adalah salah seorang dari 60 warga lain yang mendapatkan paket makan dari program 3 (Telu) Nulung 1 (Siji). "Sejak awal pandemi, pekerjaan saya sepi, jadi penghasilan tidak menentu. Program Pak Lurah sangat membantu saya dan keluarga," ujar pria yang menjadi buruh serabutan ini.
Gotong Royong Kunci Jogo Tonggo
Krandegan, yang berhasil menyabet gelar desa juara pertama Kampung Siaga Candi Polda Jawa Tengah Bidang Inovasi ini, warganya ada yang 'tersengat' virus corona. Sebanyak 5 orang dinyatakan positif Covid-19. Tentunya, ini sempat meresahkan masyarakat. Akan tetapi, dengan berbagai upaya keras, virus tidak sampai menular ke terangga atau keluarga dari penyintas Covid-19.
"Ada juga hoax dan ketakutan berlebihan di warga kami. Kemudian kami berinisiatif membuat selebaran berisi imbauan agar jangan takut berlebihan. Positif corona bukanlah aib, semua bisa kena. Alhamdulillah dengan selebaran dan flyer yang masif kami buat dan edarkan, masyarakat tak lagi resah," ungkap Dwinanto.
Gencarnya edukasi yang terus menerus, akhirnya warga mengerti dan tak lagi takut dengan tetangga mereka yang terpapar virus corona jenis baru, SARS CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok itu. Bahkan, dengan konsep gotong royong 'Jogo Tonggo', satgas setiap hari membelikan pakan untuk sapi milik 3 pasien positif COvid-19 yang sedang diisolasi.
Para tetangga bergiliran memberi makan sapi-sapi itu. "Ada 5 orang warga saya yang sudah terkonfirmasi positif. Satu dari klaster Gowa, satu orang klaster Pelaju ASN Kebumen, dan 3 orang dari pasar klaster Suronegaran. Tiga orang kami isolasi di ruang isolasi desa, 1 di rumah sakit, dan 1 isolasi mandiri di rumahnya," ungkap Dwinanto yang juga menggagas pasar bergerak.
Dengan pengawasan ketat dan bantuan penuh dari pihak desa, dapat menekan penyebaran virus corona di Desa Krandegan. Hingga hasilnya, tidak ada warga lain yang tertular dari ke-5 pasien tersebut.
Dwinanto menjabarkan (break down) Program Jogo Tonggo dengan berbagai kegiatan yang dapat menjaga ketahanan pangan serta peningkatan ekonomi warganya. Terbaru, ia menggagas toko daring (online) desa, ojek daring, dan Sipolgan, yakni sistem administrasi daring bagi warga Desa Krandegan.
"Panen kemarin kami mendapat 5 ton gabah, zakat dari para petani yang sawahnya diairi dengan irigasi gratis. Setelah digiling jadi 3 ton beras, kami hitung bisa untuk program makan gratis warga sampai panen tahun depan," kata pria lulusan SMAN 1 Purworejo tersebut.
Bahkan, aplikasi administrasi daring yang dijual oleh BUMDes Krandegan, laris dibeli oleh para kades lain yang ingin memudahkan warganya. Jogo Tonggo diartikan oleh Dwinanto bukan hanya dalam bidang kesehatan, tapi banyak komponen di dalamnya, seperti gotong royong, ekonomi dan ketahanan pangan. Gotong royong adalah kunci dari keberhasilan Jogo Tonggo, Jateng Gayeng.