Medan, Gatra.com - Masa kenormalan baru melahirkan banyak kebiasaan yang berbeda dari gaya hidup di masa lampau. Kenormalan baru diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menekan penyebaran virus corona yang sampai saat ini masih menjadi pandemi di seluruh belahan dunia.
Masa kenormalan baru tersebut juga diharapkan dapat menjadi kebiasaan dalam keseharian masyarakat dalam menjalankan aktivitas. Termasuk dalam menjalankan ritual agama dalam peribadatan.
Hal itulah yang saat ini mulai digerakkan oleh sejumlah gereja Protestan dalam melayani kebutuhan spiritual umatnya. Salah satunya di Gereja HKBP Sei Agul di Medan. Gereja ini secara resmi belum membuka peribadatan untuk umat.
Namun, setiap pekannya sudah melaksanakan ibadah di gereja dengan jumlah terbatas. Pelaksanaan ibadah di kenormalan baru juga berbeda dengan peribadatan sebelumnya. Di antaranya tidak ada berjabat tangan dalam menyambut umat. Setiap jemaat yang hadir harus terlebih dahulu mencuci tangan, menggunakan masker, dan memeriksa suhu tubuh.
Selanjutnya, jemaat memasuki gereja dan duduk dengan jarak yang sudah ditentukan pengelola gereja. Selain itu, peribadatan juga tidak melaksanakan paduan suara yang memungkinkan umat berkerumun. Pujian hanya dipimpin oleh liturgis gereja.
Demikian juga dengan pengumpulan kolekte atau persembahan, dilakukan dengan mengajak umat mengantarkan persembahan ke depan altar. Sehingga tidak ada kontak erat antarapengumpul kolekte dengan umat.
"Yang kita lakukan ini masih tahap awal. Kita belum memulai ibadah secara umum. Kita berharap kebiasaan adaptasi baru ini dapat diterima umat. Sebab kita tahu, wabah virus yang terjadi saat ini hanya bisa kita tekan dengan menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan,” terang pimpinan gereja HKBP Sei Agul, Pendeta (Pdt) Suwandi Sianmbela, Sabtu (17/10).
Suwandi menuturkan bahwa selama ini pihak gereja telah memberlakukan ibadah di rumah. Namun kerinduan umat untuk berkumpul dan bersekutu di dalam gereja juga sudah sangat besar. Karena itu, yang dilakukan di tahap awal ini adalah simulasi. Sebagai langkah persiapan untuk menuju kenormalan baru yang lebih sempurna.
"Kalau yang sekarang beribadah itu masih imam-imam gereja yang melayani di lingkungan bersama dengan keluar. Namun kita tetap membuka diri untuk melayani umat yang datang beribadah bersama dengan kita, " ujarnya.
Suwandi menjelaskan, saat ini pihak gereja terus melakukan formula-formula pelayanan yang baru. Namun, tetap mengacu pada aturan peribadatan yang ditentukan gereja. Menggunakan liturgi gereja namun harus mengedepankan protokol kesehatan. "Kita berharap ini semakin sempurna untuk pelayanan umat," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Edy Rahmayadi, kembali mengingatkan, masyarakat supaya tetap mengikuti anjuran pemerintah menerapkan protokol kesehatan dengan terus menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan rajin mencuci tangan di tengah pandemi Covid-19.
Mantan ketua PSSI tersebut mengungkapkan bahwa pemerintah berupaya keras untuk menekan kasus penyebaran virus corona di tengah masyarakat. Berbagai cara juga dilakukan agar penyebaran virus itu bisa segera berakhir. Namun, upaya pemerintah bakal sulit membuahkan hasil jika tidak disertai dukungan dari masyarakat.