Cilacap, Gatra.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah lebih mengaktifkan posko kewaspadaan bencana di tiap kecamatan dan wilayah Unit Pelaksana Teknis (UPT) setingkat distrik, untuk mengantisipasi dampak La Nina pada awal musim hujan kali ini.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan La Nina memicu munculnya risiko cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai angin kencang. Karenanya, petugas BPBD dan relawan mesti meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi dampak La Nina. Terlebih, banyak daerah rawan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor di wilayah Cilacap
Hasil pemetaan BPBD, sebanyak 64 desa rawan longsor. Sebagian besar dari puluhan desa rawan longsor tersebut berada di lima kecamatan di wilayah Cilacap bagian barat. Lima kecamatan itu, yakni Kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Kecamatan Dayeuhluhur.
“Rawan longsor ada di kecamatan wilayah barat ya,” katanya, Jumat (16/10).
Komara mengatakan wilayah lima kecamatan itu berada di lereng pegunungan tengah Jawa yang menjulur dari wilayah timur hingga Perbatasan Jawa Barat. Tingkat kemiringan yang tinggi menyebabkan desa-desa tersebur rawan bencana longsor. Sebagian kecil lainnya, bahkan rawan bencana banjir bandang, lantaran terdapat aliran sungai arus deras.
Di luar lima kecamatan itu, masih ada sejumlah desa di kecamatan lain yang juga rawan longsor. Antara lain di Kecamatan Cipari, Sidareja, Gandrungmangu dan Kecamatan Jeruklegi.
Komara menjelaskan, sosialisasi dilakukan per-kecamatan dengan melibatkan dinas terkait dan pemerintah desa. Dia berharap, masyarakat mampu mengenali dan mengantisipasi potensi bencana di wilayahnya. Dengan begitu, kemungkinan korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Dia manambahkan, daerah rawan banjir hampir merata di kawasan dataran rendah, mulai dari Kecamatan Sidareja, Gandrungmangu, Kawunganten, hingga daerah timur, seperti Nusawungu dan Binangun.