Solo, Gatra.com – Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo menilai wajar terjadinya kerumunan dalam kirab boyongan pedagang Pasar Klewer Timur. Menurunya warga yang berkerumun tidak akan tertular covid-19. ”Tidak akan kena Covid-19, (berebut gunungan) itu berkah,” ucap Rudy dengan yakin.
Tradisi kirab di biasanya diiringi dengan membawa gunungan sebagai bentuk rasa syukur. Biasanya setelah prosesi acara, barang-barang atau makanan yang disusun dalam gunungan menjadi rebutan bagi warga masyarakat. Namun selama pandemic covid-19 ini, kegiatan semacam kirab yang menimbulkan kerumunan ditiadakan.
Dalam Kirab Boyongan Pasar Klewer Timur ini hanya sebagian pedagang yang dibawa. Totalnya hanya 70 orang pedagang yang dibatasi turut serta dalam kirab. Kirab yang diberangkatkan oleh Wakil Wali Kota Solo Achmad Purnomo ini membawa dua gunungan berisikan pakaian.
Gunungan dibawa dari Alun-Alun Utara yang menjadi lokasi pasar darurat selama pembangunan Pasar Klewer Timur. Panitia sudah mengantisipasi kerumunan dengan membagi dua titik lokasi pembangunan. Bahkan warga masyarakat yang melihat kirab diminta untuk berjajar antri mengambil barang dari gunungan.
Sayangnya sebelum sampai lokasi titik yang ditentukan, gunungan pertama sudah ludes habis saat masih di lantai semi basement. Sedangkan gunungan kedua, tetap dibagikan dengan cara warga yang mengantri. Namun pada gunungan kedua juga sempat terjadi kerumunan, hingga panitia memperingatkan secara keras.
Rudy menilai wajar jika kirab diwarnai dengan berebut gunungan. Menurutnya hal tersebut sudah menjadi tradisi yang melekat dengan masyarakat kota Solo. ”Ya memang seperti itu, pedagang dan pembeli melakukannya untuk bebas dari bala,” ucapnya.
Tradisi semacam ini menurut Rudy sangat melekat dengan masyarakat kota Solo. Apalagi pasar selama ini menjadi tempat yang identic dengan kerumunan. ”Sejak zaman saya kecil sudah semacam itu,” ucapnya.
Tak hanya sekali, Pemkot Solo bahkan sebelumnya sudah pernah menggelar kegiatan kirab selama pandemic covid-19. Sebelumnya kirab dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dari Kota Barat ke Sriwedari. ”Ini bukan kirab pertama. Sebelumnya ada kirab Dinas Kebudayaan,” ucapnya.
Ketua Umum Paguyuban Pasar Klewer Timur, Karso mengatakan ada 526 pedagang yang melakukan boyongan dari pasar darurat yang ada di Alun-Alun Utara menuju ke lokasi Pasar Klewer Timur yang baru. Namun hanya ada 70 pedagang yang menjadi perwakilan kirab. ”Pindahannya dilakukan bertahap,” ucap Karso.
Pasar Klewer Timur dibangun pada pertengahan Desember 2019 lalu. Pembangunan berlangsung selama 10 bulan dengan biaya pembangunan mencapai Rp54 miliar.