Home Info Satgas Covid-19 Pengelolaan Emosi yang Benar Diperlukan Selama Pandemi

Pengelolaan Emosi yang Benar Diperlukan Selama Pandemi

Jakarta, Gatra.com - Psikolog Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Nurul Adiningtyas, mengatakan bahwa pandemi Covid-19 yang telah memasuki bulan kedelapan di Indonesia, berdampak pada psikologis seseorang. Pasalnya, selain pembatasan sosial yang diterapkan pemerintah, juga work from home (WFH) bagi pekerja dan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi siswa, mengharuskan aktivitas dimaksimalkan di rumah. 

"Itu menimbulkan tekanan yang berbeda dari tiap orang: tenang, takut, cemas, atau ada juga yang cuek-cuek saja. Masalah kesehatan psikologis berbeda tiap orang," ujarnya pada gelaran diskusi daring Gatra Bicara bertema "Mengelola Rasa Takut dan Cemas Menghadapi Pandemi". 

Menurut Nurul, rasa takut dan cemas disebabkan oleh stres karena seseorang hanya beraktivitas dan bergaul dalam lingkup yang sangat kecil. Di sisi lain, ada kecemasan terhadap wabah yang berlangsung yang berkaitan dengan kesehatan diri dan orang yang disayangi. 

Dengan kata lain, untuk mengatasinya, orang perlu merubah cara berpikirnya dengan beberapa anjuran-anjuran. Karena, bagaimanapun, pandemi menuntut perubahan gaya hidup, pola pikir, dan bahkan ekonomi. 

"Potensi kecemasan akibat sendirian menjadi masalah yang universal. Itu juga berakibat karena pendidikan tidak mengenalkan dengan baik soal pengelolaan emosi," ujarnya. 

Pengelolaan emosi yang salah, kata Nurul, dapat berakibat fatal. Misalnya, seseorang yang sudah memiliki penyakit kronis keadaannya bisa saja memburuk karena emosi, atau muncul penyakit baru yang bahkan belum pernah diderita. Di sisi lain, pengelolaan yang tidak tepat dapat membuat orang mengalihkan stresnya pada penyalahgunaan zat yang buruk, seperti merokok, alkohol, dan bahkan zat terlarang. 

Menurut Nurul, jika kondisinya demikian, seseorang seharusnya perlu menerima dulu sensasi yang diakibatkan rasa cemas dan marah. Karena, kata dia, semakin besar upaya untuk menekan rasa cemas, justru membuatnya semakin cemas, dan itu akan menghasilkan lingkaran setan. 

"Terima dulu sensasi itu. Ketika berdebar atau keringat dingin atau gelisah, lalu kenali. Kita perlu mengakui bahwa ada sesuatu yang tidak nyaman di dalam diri kita, lalu ekspresikan," kata dia. 

Banyak cara dalam mengekspresikan emosi. Nurul menuturkan, hal itu bisa dilakukan dengan membicarakan atau bercerita kepada orang lain, atau bisa melalui tulisan di blog, jurnal, catatan harian, dan sebagainya. Ia juga menyarankan agar seseorang tidak menghabiskan waktunya di saat seperti sekarang untuk bermedia sosial, dan menghindari berita-berita negatif yang memberi dampak pada emosi secara langsung. 

Pemerintah Indonesia melalui Satgas Penanganan Covid-19 serta berbagai pihak terkait terus menyoliasisasikan agar masyarakat menaati protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, di antaranya memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, memakai masker, menjaga jarak, menerapkan pola hidup sehat, dan tidak berkerumun. 

257