Purwokerto, Gatra.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan tingginya angka kecelakaan yang melibatkan angkutan darat disebabkan minimnya pengetahuan tentang Sistem Manajemen Keselamatan (SMK). Oleh karena itu, KNKT merasa perlu melakukan sosialisasi kepada penyedia jasa transportasi.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, mengemukakan, dari hasil investigasi dan analisa masih banyak perusahaan angkutan darat yang tidak memahami Sistem Manajemen Keselamatan (SMK). Pihaknya menekankan dalam pencegahan kecelakaan ada beberapa hal yang perlu disampaikan kepada para pemangku kepentingan, khususnya pada asosiasi pengusaha truk dan bus.
"Kami bekerja sama dengan Ditjen Perhubungan Darat untuk memberi penjelasan kepada masyarakat apa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Keselamatan. Kalau di penerbangan, itu sejak belum diwajibkan ada SMK, tahun 2000 sudah mulai membentuk direktur safety. Sejak tahun 2001 sampai 2020, kita tetap mengadakan training untuk tenaga keselamatan. Jadi, kita sudah melatih berapa ribu orang sebagai tenaga safety memahami filosofi SMK," ujarnya di sela Focus Group Discussion (FGD) KNKT dengan Sekretariat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat di Purwokerto, Rabu (14/10).
Menurut dia, SMK ini juga sudah diadopsi oleh kereta api dan pelayaran. Sedangkan transportasi darat paling akhir. Soerjanto mengatakan, dalam FGD yang berlangsung sehari ini, intinya mengajarkan agar pengusaha truk memahami secara baik dan cepat tentang sistem manajemen keselamatan.
"Di dalam sistem manajemen keselamatan ini, intinya adalah kita dapat mengenali hazard atau kondisi-kondisi berbahaya di dalam bisnis transportasi, khususnya truk," katanya.
Dia mencontohkan, pemasangan perisai kolong belakang (rear underrun protection/RUP) pada truk. Menurutnya, kecelakaan truk di tol Cipali akibat tabrak belakang yang menjadi fatal.
"Itu hazard kan. Itu perlu dikenali dan kita sosialisasikan. Kebetulan pemilik truk di Purwokerto sangat kooperatif. Ini bedanya, teman-teman trucker di Purwokerto diberi tahu ini untuk keselamatan, mereka langsung kerjakan. Mereka tidak tanya ada aturannya atau tidak. Mereka kerjakan, artinya mereka sadar bahwa keselamatan suatu kebutuhan," ucapnya.
Dia mengatakan, pemilik truk di Purwokerto ini akan menjadi contoh bagi daerah lain terkait keselamatan jasa transportasi logistik.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia, Gemilang Tarigan, mengakui belum seluruh pengusaha truk menerapkan SMK. Terutama, para pemilik truk pribadi.
"Sistem manajemen keselamatan ini kan masih baru. Dua tahun terakhir baru dikembangkan, jadi ya sekarang kelihatannya sudah mulai mengarah ke sana, walaupun kalau saya lihat manajemen keselamatan ini baru diterapkan di perusahaan-perusahaan tertentu saja. Jadi belum membudaya," katanya.
Dia menjelaskan, Aptrindo mengalami kesulitan menjangkau pemilik truk pribadi untuk melakukan sosialisasi SMK. Meski demikian, pihaknya berupaya memberikan edukasi untuk pemilik truk.