Jakarta, Gatra.com - Konsorsium Riset Artificial Intelligence resmi diluncurkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tingi Kemendikbud, Nizam.
Konsorsium tersebut saat ini masih beranggotakan dari Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Gunadarma, dan Universitas Telkom.
Nizam menyebut mimpi untuk mempersiapkan konsorsium tersebut menjadi cita-cita sejak 3 tahun lalu, untuk dapat melahirkan talenta AI Nasional, guna menjawab tantangan revolusi industri 4.0.
Nizam berpandangan, revolusi industri berupa teknologi AI yang merupakan komponen utama, tidak bisa dipercaya akan menjadi sebuah ilmu utama dalam perkembangan industri ke depan. Layaknya seperti revolusi industri terdahulu, di era 4.0 ini pun akan menghilangkan sebagian besar lapangan pekerjaan.
Namun, secara bersamaan lahir pula jutaan lapangan pekerjaan dengan tingkat yang lebih tinggi.
“Di era 4.0, teknologi AI sudah menjadi semakin sulit, artinya perlu pembangunan. Kompetensi talenta baru di dalam negeri terkait teknologi AI ini,” kata Nizam dalam positif Konsorsium Riset Artificial Intelligence secara berani, Rabu (14/10).
Sementara mengutip pernyataan McKinsey, Nizam menyampaikan sebanyak 23 Juta lapangan pekerjaan di Indonesia akan hilang sebagai dampak dan tantangan revolusi industri 4.0 kedepan. Namun, hal tersebut juga dibarengi oleh tumbuhnya lapangan pekerjaan baru dua kali lipat dari tantangan era 4.0 tersebut.
Dia mencontohkan, saat ini sudah banyak kemampuan manusia yang dikalahkan oleh teknologi AI, misalnya dalam hal analitis. Bahkan saat ini, sudah ada teknologi AI yang mampu mendiagnosis suatu penyakit, sehingga mengalahkan tenaga dokter spesialis yang mungkin sudah lebih dari 10 tahun berkecimpung dalam dunia diagnosis penyakit tersebut.
“Artinya, kita perlu memposisikan sumber daya manusia terhadap tantangan era 4.0 ini. Salah satu yang menjadi kebutuhan utama dalam menciptakan pekerjaan dan kompetensi baru itu adalah AI,” tuturnya.
Nizam mengaku konsorsuim riset AI ini dibangun untuk siap membantu ribuan talenta AI yang dibutuhkan oleh pembangunan bangsa dan negara. Dari sektor perindustrian saja misalnya, saat ini dibutuhkan paling tidak 250 ribu talenta dibidang AI dalam 5 tahun kedepan.
“Hal itu bisa kita penuhi dengan bergotong royong, gotong royong antara dunia pendidikan, penelitian, dan industri dunia kerja. Pengembangan AI harus bergandengan tangan antara hulu dengan hilir. Agar tidak selalu top down seperti yang selama ini kita agendakan,” katanya.