Yogyakarta, Gatra.com - Alat pengendus Covid-19 hasil inovasi Universitas Gadjah Mada, GeNose, disiapkan untuk menjalani uji diagnosis di sembilan rumah sakit. Jika sukses, detektor Covid-19 via napas ini diproduksi massal bulan depan.
Hal ini disampaikan usai tim GeNose UGM menemui Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Senin (12/10) di kompleks kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta.
Salah satu peneliti GeNose, Dian Kesumapramudya Nurputra, menjelaskan, bimbingan teknis untuk uji diagnosis tersebut sudah berjalan. Proses produksi massal GeNose pun diperkirakan bisa dimulai bulan depan.
“Kalau surat kelayakan uji fungsi dari alat ini sudah keluar dan komite etik sudah oke, pertengahan November sudah bisa mulai produksi massal," ujarnya
Namun setelah uji diagnosis, tim UGM juga menggelar presentasi ke Kementerian Kesehatan. "Apa hasil yang dikeluarkan alat betul-betul akurat, baru Kemenkes RI mengeluarkan izin edar,” katanya.
Alat ini mendeteksi SARS-CoV2 penyebab Covid-19 dari napas penderita. GeNose bekerja dengan mendeteksi volatile organic compound (VOC) yang terbentuk karena infeksi Covid-19 yang keluar bersama napas pasien.
GeNose bekerja dengan menampung napas pasien dalam plastik, diindera melalui sensor-sensor, kemudian diolah datanya dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk deteksi dan pengambilan keputusan.
Dian menyebut pembuatan alat ini sempat menemui hambatan, yakni penyediaan plastik pembungkus udara napas pasien. Tim UGM semula mengandalkan jenis plastik yang dijual di pasaran dengan harga Rp40.000-Rp50.000 per plastik.
“Tapi sekarang kami ada kerja sama dengan mitra bisnis yang bisa mendesain dan membuat plastik yang sesuai kriteria kami, tapi harganya hanya Rp10.000 per plastik. Apalagi limbah plastiknya bisa didaur ulang. Tapi sebenarnya ini bukan hambatan yang berarti,” imbuhnya.
Menurut Dian, terlalu dini jika GeNose disebut sebagai alat diagnosis. Ilmu kedokteran mensyaratkan sebuah alat harus punya akurasi medis, meliputi sensitivitas, spesifisitas, dan Positive Predictive Value yang nilainya harus di atas standar.
“Karena belum ada hasil uji diagnosisnya, kami baru bisa mengatakan posisi alat ini sekarang masih bersifat alat skrining mendampingi rapid test dan PCR,” katanya.
GeNose diklaim mampu memberi hasil lebih cepat dan akurat daripada rapid test. Dibandingkan tes PCR, GeNose unggul dari segi waktu dan biaya karena PCR membutuhkan proses pengecekan yang relatif lama dan mahal.
Rektor UGM Panut Mulyono menyatakan menemui Sultan untuk menyampaikan perkembangan GeNose. "Alat ini sekarang dalam proses untuk uji klinis, uji diagnosis, dan menunggu izin edar dari Kemenkes RI. Kami juga memohon doa restu dan dukungan Ngarsa Dalem (Sultan) agar alat ini bisa cepat beredar di masyarakat,” katanya.