Jakarta, Gatra.com - Pengamat Intelijen Ridlwan Habib menilai dalam disiplin ilmu intelijen modern, lembaga- lembaga intelijen profesional dan modern yang ada di seluruh dunia dilengkapi dengan juru bicara (jubir). Fungsi Jubir di lembaga intelijen ini bukan membongkar misi rahasia, namun dapat memberikan keterangan atau penjelasan yang dianggap penting kepada publik tentang berbagai isu yang berkembang.
“Bahwa ada anggapan fungsi intelijen melapor pada Presiden itu memang tetap akan terus berjalan. Namun masyarakat bisa mendapatkan informasi yang akurat. Seperti keberadaan CIA di Amerika juga punya juru bicara, seorang wanita, namanya Nicole de Hay," kata Ridlwan, kepada awak media, Minggu (11/10).
Alumni S2 Kajian Strategi Intelijen Universitas Indonesia ini menyebut keberadaan CIA bahkan kadangkala melakukan rekruitmen online karena pandemi Korona. CIA juga punya channel YouTube yang mudah diakses warga. Bahkan mereka punya website CIA for Kids, untuk anak anak usia sekolah dasar.
Ridlwan pun menilai bahwa keberadaan lembaga intelijen di Indonesia juga tidak ada salahnya perlu belajar dari lembaga intelijen lain di seluruh dunia agar makin modern dan profesional.
"Kalau era Orde Baru mungkin memang lembaga intelijen kesannya misterius dan tertutup," katanya.
Menurutnya, disamping CIA, lembaga intelijen Inggris di bidang signal intelijen GCHQ juga punya juru bicara.
"Nama jubirnya Andrew Pike, GCHQ Inggris bahkan punya akun Twitter," katanya.
Ada juga lembaga intelijen Australia yakni Australia Security Intelligence Organization atau ASIO juga mempunyai fungsi jubir secara rutin menyampaikan informasi pers briefing.
Sebelumnya juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto menginformasikan bahwa intelijen telah mendapatkan identitas aktor yang mensponsori dan memobilisasi demonstrasi penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja.
Dikatakan bahwa adanya bukti-bukti pendukung yang sedang dihimpun sebelum diproses secara hukum mengenai persoalan tersebut.
Namun, apa yang disampaikan BIN melalui juru bicaranya justru mendapat kritik dari politikus Fahri Hamzah dan Fadli Zon.
Keduanya mengkritik BIN yang memiliki juru bicara. Alasannya data intelijen hanya untuk konsumsi Presiden dan tidak boleh dibicarakan ke publik.
Menurut Fahri seharusnya BIN tidak boleh menyiarkan informasi intelijen kepada publik.
"BIN tugasnya hanya memberikan informasi kepada Presiden (sebagai single user)," katanya.
Sementara Fadli Zon menganggap aneh jika BIN memiliki juru bicara.