Baku, Gatra.com - Kementerian pertahanan wilayah Nagorno-Karabakh mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya telah mencatat lebih dari 30 korban lainnya dari kalangan militernya, sehingga bertambah jumlah kematian dari militer menjadi 350 orang sejak pertempuran dengan pasukan Azeri meletus pada 27 September lalu.
Dikutip Reuters, Kamis (8/10), pertempuran itu melonjak ke tingkat terburuknya sejak 1990-an, dan sekitar 30.000 orang tewas.
Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia bentrokan di sekitar wilayah Nagorno-Karabakh pada hari Kamis, sebelum Amerika Serikat, Prancis, dan Rusia akan bertemu di Jenewa untuk mencoba mencegah terjadinya perang yang lebih luas di Kaukasus Selatan.
Azerbaijan mengatakan kota Ganja telah dibom pada Kamis pagi oleh pasukan Armenia dan satu warga sipil telah tewas di wilayah Goranboy. Dikatakan desa-desa lain ditembaki oleh pasukan etnis Armenia.
Pihak berwenang Azeri telah melaporkan 30 warga sipil tewas sejak pertempuran meletus pada 27 September di Nagorno-Karabakh, daerah kantong pegunungan yang menurut hukum internasional milik Azerbaijan namun dihuni dan diatur oleh etnis Armenia.
Azerbaijan juga mengatakan 143 warga sipil telah terluka tetapi belum mengungkapkan informasi tentang korban militernya.
Pihak berwenang di Nagorno-Karabakh mengatakan situasi taktis tidak berubah secara signifikan dalam semalam, dengan tembakan artileri dan roket dilaporkan di beberapa daerah dan pusat administrasi utama, Stepanakert, terkena tembakan.
Prancis, Amerika Serikat, dan Rusia adalah ketua bersama dari Kelompok Minsk Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) yang menengahi Nagorno-Karabakh. Mereka berharap dapat membujuk pihak yang bertikai untuk menyetujui gencatan senjata setelah pertempuran paling mematikan di Nagorno-Karabakh dalam lebih dari 25 tahun.