Yogyakarta, Gatra.com - Mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta turun ke jalan menyuarakan penolakan atas Undang-undang Cipta Kerja atau Omnibus Law. Aksi ini menggema di media sosial dengan tagar #JogjaMemanggil.
Seperti terpantau di akun Twitter pers mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Balairung, @bppmbalairung, mahasiswa berkumpul di Bunderan UGM sejak jam 09.00 WIB. Setelah UGM, secara beruntun mahasiswa dari sejumlah kampus di kota pelajar itu turut bergabung.
Antara lain Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Proklamasi 45, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), hingga Institut Seni Indonesia (ISI), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran.
Para mahasiswa menyerukan kecaman pada pemerintah. Massa UNY mengusung spanduk “Jegal sampai batal” hingga bernyanyi “DPRteman kami, tapi boong”. Mahasiswa ISI memboyong karya seni rupa bernada protes. “Innalillahi wainna illaihi rojiun, telah meninggal nalar wakil rakyat,” seru mahasiswa dari UMY.
Aksi menolak Omnibus Law di Yogyakarta ini bagian dari Aliansi Rakyat Bergerak. “Bukan waktunya untuk judicial review. Kita turun ke jalan!” kata orator ARB. “Kita nyatakan perang terhadap negara ini sendiri, kawan-kawan! Revolusi!”
Aliansi menggemakan aksi ini di media sosial dengan tagar #JogjaMemanggil sejak kemarin. Bukan hanya mencabut UU Cipta Kerja, dalam pernyataannya, aliansi meminta Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin turun, membubarkan DPR dan membentuk Dewan Rakyat.
Massa akan melakukan longmarch melalui Tugu Pal Putih, Kota Yogyakarta, hingga ke Malioboro dan menuju Gedung DPRD DIY dan Kantor Gubernur DIY. Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X telah mengagendakan untuk menemui perwakilan demonstran.