Usai debat pertama calon presiden AS, sejumlah jajak pendapat menunjukkan pemilih lebih menyukai Biden daripada Trump. Debat cawapres akan menjadi faktor penentu kemenangan kandidat pada pemilu 3 November mendatang.
"Kami akan kembali kampanye segera!!! Berita palsu hanya memperlihatkan hasil jajak pendapat palsu." Kicauan Presiden Donald Trump di Twitter pada Senin, 5 Oktober pagi itu, mengejutkan banyak pihak. Ia memutuskan meninggalkan Pusat Medis Militer Nasional Walter Reed, tempat ia dirawat selama tiga hari terakhir, setelah didagnosis positif Covid-19 pada Jumat, 2 Oktober lalu.
Dari rumah sakit, Trump memutuskan pulang ke kediamannya. Associated Press melaporkan, setibanya di balkon Gedung Putih, Trump segera melepas maskernya. "Presiden belum pulih total," ucap dokter khusus Gedung Putih sekaligus dokter pribadi Trump, Dr. Sean Conley.
Sejumlah dokter di Walter Reed marah besar atas ulah Trump. Pada hari Minggu, 4 Oktober, Trump merilis video pendek yang menyatakan ia tidak takut Covid-19 dan menyebut penyakit itu tidak berbahaya. Jadi, ia tak segan keluar rumah sakit sejenak dan menyapa para pendukung yang berkerumun di luar Walter Reed. "Setiap orang itu bisa sakit atau mati. Diperintahkan oleh Trump untuk mengorbankan hidupnya hanya untuk satu pertunjukan teatrikal. Ini kegilaan," kicau dokter senior di Walter Reed, Dr James Phillips.
Tingkah laku Trump itu dinilai sebagian pihak sebagai sikap panik atas hasil dari debat presiden yang berlangsung di Cleveland, Ohio, pada Selasa, 29 September malam atau Rabu, 30 September pagi WIB. Debat selama 90 menit antara Trump dan penantangnya, yang merupakan mantan Wakil Presiden era Obama, Joe Biden, berjalan penuh interupsi.
Debat pertama ini menaikkan pamor Partai Demokrat, karena banyak orang geram atas sikap tidak profesional Trump selama berdialog. Salah satunya terlihat dari jajak pendapat via telepon yang dilakukan CNN terhadap 568 pemilih terdaftar yang menonton debat tersebut. Para peserta itu terdiri dari 36% non-partisan, 40% partisan partai, dan sisanya tidak menjawab. Dari jumlah 40% tadi, sebanyak 39% menyatakan pendukung Demokrat, 25% pembela Partai Republik, dan sisanya tidak menjawab.
Enam dari sepuluh penonton debat menilai, Biden lebih baik dari Trump pada debat Selasa malam tersebut. Sebelum debat dimulai, 43% suara mengatakan bahwa mereka percaya Trump cocok menjabat lagi sebagai presiden. Usai debat, suara dukungan ini turun ke 28%.
Terkait sejumlah isu yang dibahas, para pemilih pun lebih memuji pernyataan-pernyataan Biden. Mulai dari soal ketidakdilan ras (66% percaya Biden, 29% percaya Trump), jaminan kesehatan (66% Biden dan 32% Trump), pandemi Covid-19 (64% Biden dan 34% Trump), serta nominasi Mahkamah Agung (54% Biden dan 43% Trump). Begitu pula aspek ekonomi, sebanyak 50% lebih menyukai rencana Biden dibanding Trump (48%).
Kabar buruk lainnya bagi Trump, datang dari lembaga riset yang didanai badan-badan intelijen AS, Good Judgment. Para periset di lembaga itu dipimpin oleh sejumlah profesor dari Universitas Pennsylvania. Penelitian mereka menemukan bahwa pasca-debat, kemungkinkan kemenangan Biden pada pemilu 3 November naik 3%.
Hitung-hitungan pada 30 September, Biden memiliki peluang kemenangan 78%, naik dari 75% pada 29 September dan angka tertinggi sejak 18 Agustus. Pada Februari lalu, ketika Demokrat belum mengumumkan calon presiden, partai liberal itu punya peluang 40% menang di pemilu. Seiring waktu, terlebih setelah Biden diusung sebagai kandidat, peluang kemenangan mereka terus terkerek naik. Puncaknya, yakni skor 82% pada akhir Juli.
Peningkatan peluang kemenangan Biden itu, menurut Bloomberg, tidak dikaitkan secara khusus dengan debat. Namun tidak bisa dimungkiri, debat malam itu memainkan peran besar dalam penilaian ulang warga AS.
***
Patut dicatat bahwa sistem pemilu AS sedikit lebih berbelit-belit. Selasa, 3 November 2020, bukan hanya menjadi hari pemilu, melainkan hari terakhir pengumpulan surat suara. Sejak Jumat, 18 September lalu, empat negara bagian telah mulai melaksanakan pemungutan suara. Warga Virginia, Minnesota, Dakota Selatan, dan Wyoming sudah boleh mencoblos calon presiden dan wakil presiden pilihan mereka. Hingga November nanti, warga AS yang cukup umur bisa melakukan pencoblosan secara fisik, yaitu langsung datang ke TPS sesuai jadwal yang ditentukan atau mengirim suara melalui kantor pos.
Meski demikian, siapa pun yang menang pada pemilu, tidak otomatis menjadi presiden dan wapres. Ada satu tahap lagi, yakni pemilihan elektoral (electoral vote) yang berlangsung pada 14 Desember. Lembaga Pemilihan Presiden dan Wapres AS (USA Electoral College) terdiri dari 538 anggota elector di 50 negara bagian. Makin besar negara bagiannya, makin banyak anggota elector mereka. Para anggota elector dinominasikan oleh partai dan mengucapkan janji untuk mendukung kandidat partai. Kandidat butuh minimal 270 suara elektoral untuk resmi terpilih jadi presiden. Bila tidak ada suara mayoritas, maka hasil akhir untuk capres ditentukan DPR, sedangkan cawapres dipilih oleh Senat.
Pada 2016, Trump-Mike Pence menang dari pasangan Hillary Clinton-Tim Kaine di pemilihan elektoral. Kala pemilu 8 November, Republik meraih 46,1%, sedangkan Demokrat merebut 48,2%, yakni 2,87 juta suara lebih banyak. Namun pada pemilihan elektoral, Trump-Pence meraup 304 suara, dan Clinton-Kaine hanya 227 suara.
Kali ini, aggregator jajak pendapat lainnya, FiveThirtyEight, menemukan bahwa Biden punya peluang 78,4% untuk memenangkan Electoral College. Data ini dirilis sehari setelah debat presiden. Belum lagi fakta bahwa selama setengah jam terakhir debat Selasa malam, tim Biden mendapat sumbangan dana kampanye US$3,8 miliar atau sekitar Rp56 triliun. "Dana ini kami terima lewat platform pengumpulan dana Demokrat, ActBlue," ujar manajer kampanye Biden, Kate Bedingfield kepada Forbes.
Sesungguhnya, sumbangan dana kampanye Demokrat menunjukkan tren naik secara drastis usai penunjukan Kamala Harris sebagai cawapres pada Konvensi Demokrat, Agustus lalu. Antusiasme pendukung partai berwarna biru itu membuat tim kampanye berhasil mengumpulkan dana hingga US$466 juta pada awal September. Adapun dana tim kampanye Trump sebesar US$325 miliar.
"Presiden Trump kini putus asa, lemah, dan marah. Ia kalah dalam perlombaan dan malam ini ia kehilangan kesabaran. Malam ini adalah kesempatan Donald Trump untuk memberikan argumen yang koheren kepada rakyat Amerika, dan ia gagal," demikian pernyataan resmi tim kampanye Biden terkait debat perdana tersebut.
Moderator debat, Chris Wallace, yang juga pembawa berita senior di media pro Republik, Fox News, mengaku kecewa dengan hasil debat pertama Capres AS tempo hari. "Saya tak pernah membayangkan debat akan melenceng sebagaimana yang terlihat malam itu," ujarnya.
Debat perdana itu lebih didominasi saling ejek kedua kandidat, dibanding membahas isu secara detail. Trump kerap menginterupsi pertanyaan Wallace maupun jawaban Biden. "Dia ini presiden paling buruk yang pernah dipunyai Amerika Serikat. Dia badut, pembohong, dan rasis," kritik Biden tak kalah pedas.
Flora Libra Yanti
Debat Cawapres Terpenting dalam Sejarah
Debat cawapres antara Wakil Presiden petahana, Mike Pence, dan Senator Kamala Harris pada Rabu, 7 Oktober malam, atau Kamis, 8 Oktober pagi WIB, diyakini akan menjadi yang paling penting sejak debat wapres dimulai 40 tahun lalu. Demikian yang ditulis peneliti studi pemerintahan sekaligus Wakil Direktur pada lembaga riset Center for Effective Public Management (CEPM), John Hudak.
Pasalnya, saat Trump dirawat di Walter Reed, itu justru menjadi pengingat bahwa wapres adalah sosok penting dan hanya sepelemparan batu jaraknya dari kursi presiden. Apalagi di tengah kondisi pandemi, virus corona bisa membunuh siapa pun, termasuk presiden.
Debat wapres cenderung merupakan acara membosankan yang berfokus pada seberapa baik seorang kandidat akan membantu presiden jika terpilih dan jenis kebijakan apa yang akan dikejar oleh pemerintahan. Namun kali ini, kedua kandidat capres adalah calon tertua sepanjang sejarah (Trump 74 tahun dan Biden 77 tahun). Dengan demikian, keduanya lebih rentan terhadap efek buruk Covid-19. Menjadi sangat penting untuk memantau strategi cawapres masing-masing, sebab satu dari dua orang ini dapat dengan mudah menjadi presiden berikutnya.
Debat wapres akan berlangsung di aula yang sebagian besar kosong di kampus Universitas Utah. Mengingat Trump divonis positif usai debat, posisi berdiri cawapres kali ini akan sangat jauh, yakni sekitar empat meter. Pada debat presiden, kedua kandidat hanya terpisah jarak dua meter. Lebih ekstrem lagi, pembatas gelas plexi juga akan dipasang memisahkan Kamala Harris dan Mike Pence. Mereka pun dilarang melakukan kontak fisik, mulai dari jabat tangan hingga foto bersama.
Moderator debat kali ini adalah Kepala Biro Washington pada USA Today, Susan Page. Kemungkinan besar ia akan mengorek pendapat kedua nominator dengan serangkaian pertanyaan yang berfokus pada suksesi, jaminan kesehatan, ekonomi, dan amendemen ke-25. Bahkan, bukan tak mungkin termasuk diskusi soal ancaman kondisi kesehatan Trump dan Biden yang membuat keduanya bisa jadi lebih cepat meninggal.
"Dalam banyak hal, Pence dan Harris secara unik cocok untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh presiden dalam debat pertama, yaitu menjadi sosok dewasa. Seseorang yang bisa menunjukkan kekuatan sekaligus kasih sayang secara bersamaan," Hudak menulis.
Flora Libra Yanti