Pariaman, Gatra.com- Sebanyak 1.040 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) tidak mampu bertahan dihantam pandemi Covid-19. Akibatnya seribuan UMKM tersebut ambyar (bubar) gulung tikar.
Padahal, daerah dengan julukan Kota Tabuik itu terdapat 7.839 UMKM dengan memiliki empat sentra, yakni sulaman, sentra rajutan, sentra bordir, dan sentra makanan ringan. Sayangnya, sejak dilanda pandemi virus corona, hanya sebanyak 6.799 UMKM yang masih mampu bertahan.
"Pandemi berdampak besar bagi pelaku UMKM, sebab sekitar 13 persen atau 1.040 UMKM di Pariaman sudah tidak buka lagi," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Pariaman, Gusniyeti Zaunit, Minggu (4/10).
Gusniyeti menerangkan, sebanyak 6.799 UMKM yang masih bertahan kondisinya juga belum stabil seperti biasanya. Adapun penyebab banyak UMKM yang terpaksa gulung tikar karena pangsa pasar umumnya ialah wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata, seperti ke Pantai Gondoriah.
Dengan begitu, kata Gusniyeti sangat membutuhkan solusi untuk mengedukasi pelaku UMKM tersebut sistem penjualan. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi informasi, atau media sosial dalam mencari konsumen. Salah satunya, pihaknya juga telah memberikan pelatihan bagi UMKM tersebut.
"Pantai Gondoriah itu pusatnya keberadaan UMKM di Pariaman. Akibat pandemi wisatawan tidak bisa berkunjung, otomatis pelaku UMKM kini kehilangan pembeli," terangnya.
Melihat kondisi itu, pihaknya memberikan edukasi dan pelatihan bagi pelaku UMKM, termasuk bagi pengrajin sulaman, bordir, dan rajutan tentang jualan secara daring. Harapannya ekonomi masyarakat Pariaman bisa pulih, sebab 60 persen masyarakat Pariaman ialah pedagang atau pelaku usaha.