Jakarta, Gatra.com – Rencana PT Pertamina (Persero) mengakuisisi PT Rekayasa Industri, kembali bergulir. Berdasarkan informasi yang diperoleh, Pertamina akan memasukkan aksi korporasi tersebut ke Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2021.
Gatra mencoba mengkonfirmasi tentang rencana akuisisi Rekind ke Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati. Sayangnya, mantan Direktur Bisnis Rekind itu tak memberikan tanggapan.
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama tidak menampik adanya rencana tersebut. "Nanya ke komite investasi," ujar politisi PDI Perjuangan tersebut kepada Gatra, Rabu lalu.
Sebelumnya di era Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, Pertamina tadinya mau mengakuisisi 60% saham di Rekind. Rencana tersebut kandas, hingga Dwi lengser dari kursi Dirut.
Jika ditarik ke belakang lagi, Dahlan Iskan bahkan pernah ngotot meminta Pertamina mengakuisisi Rekind, ketika menjabat Menteri BUMN. Belakangan, Dahlan berubah pikiran. Pertamina batal akuisisi Rekind.
***
Pengamat ekonomi Yanuar Rizky setuju jika Pertamina mengakuisisi Rekind. Menurut Yanuar, Rekind merupakan perusahaan EPC (engineering procurement and construction), yang dapat mendukung Pertamina membangun kilang minyak hingga pabrik petrokimia.
Yanuar mengatakan, selama ini Pertamina juga sering menggunakan jasa Rekind dalam proyek-proyek EPC. “Rekind emang biasa jadi kontraktor EPC di Pertamina,” katanya kepada GATRA, (02/10).
Rekind merupakan anak usaha PT. Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC). Saat ini lebih 90% saham Rekind dikuasai Pupuk Indonesia. Sisanya miliki PT. Pupuk Kalimantan Timur dan Pemerintah Republik Indonesia.
Mantan Komisaris Pupuk Indonesia itu mengatakan, bisnis inti Pertamina sesuai dengan bisnis Rekind. Sebaliknya, sambungnya, selama ini Rekind malah tidak nyambung ketika menjadi anak usaha Pupuk Indonesia.
Menurutnya, Pupuk Indonesia seharusnya fokus saja mereformasi sistem pertanian. Baik dalam penyaluran pupuk subsidi hingga persoalan petani. “Pupuk Indonesia itu ngurusin ekosistem pertanian. Nggak nyambung dengan Rekind,” ujarnya.
Yanuar mengatakan, kebanyakan industri pupuk dunia sudah menghentikan penambahan pabrik dan beralih ke jasa pemupukan. Maka itu, jika Rekind tetap di bawah Pupuk Indonesia, maka perusahaan EPC tersebut sulit berkembang. “Kasihan juga ahli kilang disuruh ngurusin "pacul" dan alat pertanian,” katanya.