Jakarta, Gatra.com - Kalau dikaji lebih jauh apa yang dibilang oleh pengamat ekonomi ini, pendapatan Negara dari sektor kelapa sawit ternyata masih sangat bisa lebih bongsor lagi.
Tak hanya itu, potensi lapangan kerja juga akan bermunculan dengan satu syarat; olah produk kelapa sawit itu dalam berbagai turunan, lalu ekspor.
Adalah Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics (Indef), Rusli Abdullah mengatakan begini; bahwa pemerintah masih bisa mengembangkan turunan sawit menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi.
Misalnya memproduksi vitamin A, E, karoten dan amino acid. "Gandeng sejumlah perusahaan untuk ini. Jangan hanya pada ekspor turunan. Kementerian Perindustrian perlu didorong untuk menciptakan produk turunan sawit lebih lanjut," katanya kepada Gatra.com, kemarin.
Kemenperin kata Rusli, bisa mendorong Unilever untuk masuk di kawasan industri kelapa sawit untuk membikin varian turunan yang bisa dipakai untuk industri lain dalam negeri.
Memang, selama ini kata Rusli sudah ada produk turunan kelapa sawit seperti minyak goreng, cocoa butter substitute, margarine, kosmetik, sabun, dan es krim.
"Tapi kan masih banyak lagi yang bisa dibikin. Apa yang bisa dibikin didalam Negeri demi meningkatkan nilai ekonominya, bikinlah. Jangan justru kita mengirim hasil olahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit ke luar negeri, lalu produk turunannya dikirim lagi ke Indonesia. Menurut saya itu enggak bagus, buang-buang devisa dan menghilangkan opportunity kita mendapatkan nilai lebih dari sawit itu,” katanya panjang lebar.
Tak berlebihan sebenarnya Rusli mengatakan seperti itu. Sebab Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) mencatat, ada kenaikan ekspor oleochemical atau produk turunan sawit pada semester I 2020 sekitar 26% menjadi 1,8 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.