Pati, Gatra.com - Adanya pandemi Covid-19 berdampak ke semua sektor, tak terkecuali pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ketika usaha utama terdampak, maka pengusaha dituntut untuk berkreasi, satu di antaranya dengan membuat masker batik dari limbah potongan kain batik.
Salah satunya pengrajin Piah Upik asal Desa Growong Lor RT06/RW03, Kecamatan Juwana, dibuat dari perca kain batik sisa hasil produksi lembaran maupun pakaian, diubahnya menjadi masker berkualitas tinggi.
“Kami gunakan tiga lapis kain dalam pembuatan masker ini, termasuk menambah kain keras, sehingga saat mengenakannya pengguna lebih nyaman dan kualitasnya sesuai anjuran pemerintah,” ujarnya kepada Gatra.com, Jumat (2/10).
Ibu dua anak ini mengaku tergerak untuk memanfaatkan limbah tekstil, lantaran di sekitar lingkungannya banyak usaha konveksi dan perajin batik, khususnya Batik Bakaran yang sangat termasyhur.
“Awalnya kan lihat itu banyak potongan-potonan batik yang tidak terpakai dan jadi limbah saja. Dari situ, eh kenapa tidak kami manfaatkan, jadilah masker batik. Apalagi Batik Bakaran kan sangat terkenal dan khas Pati ya,” bebernya.
Hampir semua jenis batik dibuat, mulai dari motif Liris, Manggar, Kedele Kecer, Parang, Ladrang, Gandrung, Kawung dan Kungker. Hasilnya produk masker yang memiliki nilai estetis tinggi itu pun laris manis di pasaran.
“Kami berjalannya baru tiga bulan, jadi pasarnya masih lokalan dan kota-kota sebelah saja. Sebenarnya permintaan dari luar sangat banyak, hanya saja sementara ini kami masih terkendala pengerjaan, iya kurang orang,” ungkapnya.
Wanita yang karib dipanggil Upik ini menyebut dalam sehari mampu memproduksi 100-150 unit masker batik bakaran. Untuk harganya bervariasi mulai Rp15.000-150.000 tergantung jenis batik yang dipakai.
“Paling mahal Rp150.000 itu kan kami menggunakan batik bakaran yang memang dalam prosesnya handmade semua dan menggunakan pewarna alami, jadi memang sedikit lumayan harganya,” terangnya.