Jakarta, Gatra.com - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa industri batik mendapat prioritas pengembangan lantaran memiliki daya tarik besar dalam meningkatkan nilai tambah, perdagangan, besaran investasi, yang berdampak terhadap industri lainnya, serta kecepatan penetrasi.
“Kementerian Perindustrian terus berupaya melestarikan serta mendorong pengembangan industri batik nasional agar lebih berdaya saing global,” katanya dalam acara peringatan Hari Batik Nasional secara virtual, Jumat (2/10).
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah industri batik saat ini mencapai 47 ribu unit yang terkenal di 101 sentra. Penyerapan tenaga kerjanya mencapai lebih dari 200 ribu orang.
“Produk batik cukup berperan dalam perolehan devisa negara walau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri,” katanya.
Jumlah ekspor batik pada semester I tahun 2019 mencapai US$ 17,99 juta dengan tujuan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Erpoa. Hebatnya, dalam periode yang sama di tahun 2020 ini, ekspor batik mengalami peningkatan menjadi US $ 21,54 juta.
“Fenomena yang cukup unik, karena pasar ekspornya bisa meningkat di saat masa Pandemi Covid-19 ini,” ucap Agus.
Oleh karena itu, lanjutnya, upaya pemerintah dalam membuka pasar-pasar baru di tingkat global diharapkan dapat membantu menggairahkan kembali kinerja industri batik Indonesia. Selain itu juga bertujuan untuk memperkenalkan batik Indonesia di kancah internasional.
“Melihat kondisi yang ada, selain merupakan warisan budaya bangsa, batik juga merupakan komoditi industri yang cukup penting,” kata Agus.