Jakarta, Gatra.com - Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil temuan terbarunya hari ini, Rabu (30/9). Temuan itu berkaitan dengan peringatan Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang menurut cerita pemerintah, terjadi kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan berujung pada pembantaian massal sepanjang 1965-1966.
Dalam survei itu ditanyakan, apakah responden tahu adanya isu kebangkitan PKI saat ini. Jika tahu, apakah responden setuju dengan pendapat tersebut.
Hasilnya, sebanyak 36% tahu dan berpendapat bahwa sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI di Tanah Air. Jumlah tersebut dikerucutkan lagi, sebanyak 38,7% atau 14% dari populasi setuju dengan pendapat itu. Namun, sebanyak 60,6% atau 22% dari populasi tidak setuju kalau PKI bakal bangkit.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani mengatakan, temuan itu sebenarnya tak berbeda jauh dengan survei sebelumnya yang pernah dilakukan pihaknya.
"Temuan survei nasional Juni 2016-September 2019 memperlihatkan bahwa warga yang setuju dengan isu sekarang sedang terjadi kebangkitan PKI tidak banyak berubah, hanya berkisar 10-16%," kata Saiful melalui keterangan resminya, Rabu (30/9).
Survei itu melemparkan pertanyaan lain, jika setuju kebangkitan PKI, apakah sudah menjadi ancaman dan bagaimana sikap pemerintah?
Opsi yang ditujukan adalah sudah menjadi ancaman, belum menjadi ancaman, atau percaya tidak akan pernah menjadi ancaman bagi negara. Jika sudah menjadi ancaman, apakah sikap pemerintah sudah sangat tegas, cukup tegas, kurang tegas, atau tidak tegas sama sekali.
Hasilnya, dari 14% responden yang setuju dengan adanya kebangkitan PKI, ada 79% atau 11% dari populasi yang menilai kebangkitan PKI sudah menjadi ancaman.
Dari 11% yang menilai sudah menjadi ancaman tersebut, mayoritas 69% atau 8% dari populasi merasa pemerintah kurang atau tidak tegas sama sekali atas ancaman kebangkitan PKI tersebut.
SMRC telah melakukan sejumlah survei nasional dengan memilih sampel secara random dari populasi pemilih, yakni warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Seluruh responden dalam survei tersebut diwawancarai dengan tatap muka. Tercatat, sejak Juni 2016-Maret 2020 ada 110.632 responden yang diwawancarai.
Untuk mengetahui perkembangan isu-isu mutakhir, maka dilakukan survei telepon terhadap responden tersebut. Sampel survei dengan telpon ini hanya untuk responden yang memiliki telepon atau telepon selular, sebesar 71% dari populasi nasional.
"Survei lewat telpon dengan mempertimbangkan aspek metodologis secara seksama adalah cara yang paling mungkin dilakukan di tengah upaya warga melakukan social distancing. Untuk mendapatkan sampel yang proporsional dari responden yang memiliki telpon tersebut terhadap karakteristik populasi nasional dilakukan pembobotan terhadap sampel terpilih," tulis Saiful.
Sampel sebanyak 1203 responden dipilih secara acak dari koleksi sampel acak survei tatap muka yang telah dilakukan SMRC sebelumnya dengan jumlah proporsional menurut provinsi untuk mewakili pemilih nasional.
Margin of error survei diperkirakan +/-2.9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi simple random sampling. Wawancara terakhir dilakukan pada 23–26 September 2020.