Yogyakarta, Gatra.com - Sebagian besar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdampak pandemi Covid-19. Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Pemerintah DIY pada April 2020, hampir 90% pelaku UMKM di Yogyakarta mandek berusaha akibat menurunnya aktivitas pariwisata di daerah tersebut.
Melihat kondisi itu, Astragraphia selaku perusahaan publik yang mendukung pertumbuhan industri kreatif lokal, menyelenggarakan Kelas ASIK Jogja kepada 50 pelaku UMKM lokal Yogyakarta yang bergerak di industri kreatif. Kelas diberikan khususnya untuk UMKM yang berada di subsektor fesyen, kuliner, dan kriya dengan omzet 1 juta hingga 25 juta rupiah perbulannya.
Direktur PT Astra Graphia Tbk, King Iriawan Sutanto mengatakan Astragraphia dengan fokus usaha di bidang printing and digital services, turut mendukung bangkitnya industri kreatif selama masa pandemi. “Kami membantu dengan program pelatihan terkait teknologi pencetakan dan pembuatan kemasan/label yang kreatif dan penyediaan fasilitas pemasaran produk UMKM. Hari ini, dukungan kami wujudkan melalui Kelas ASIK Jogja kepada para pelaku industri kreatif di Yogyakarta.”
Untuk diketahui, Kelas ASIK Jogja adalah singkatan dari Kelas Astragraphia untuk Industri Kreatif di Yogyakarta berupa pelatihan daring mengenai teknologi digital printing dan workshop mengenai creative packaging & labelling. Pelatihan daring Kelas ASIK merupakan inovasi dalam kegiatan kontribusi sosial Astragraphia selama masa pandemi. Sejak awal tahun 2000, Astragraphia telah aktif memberikan pelatihan kompetensi kepada siswa menengah kejuruan, mahasiswa/i, maupun pelaku usaha.
Pelatihan Kelas ASIK Jogja dilakukan oleh karyawan Astragraphia yang kompeten di bidangnya kepada 50 UMKM subsektor fesyen, kuliner, dan kriya di wilayah DIY. Selain pelatihan, peserta kelas ASIK Jogja mendapatkan fasilitas publikasi produk usaha gratis melalui kanal digital Astragraphia, yaitu OFiSKITA dan fasilitas pencetakan materi promosi usaha gratis di beberapa print shop (Graphic Art Partner) Astragraphia yang berlokasi di Yogyakarta.
King menambahkan setelah melakukan audiensi dengan berbagai pihak, pihaknya memandang kualitas produk dan promosi UMKM Indonesia perlu didukung secara menyeluruh. Selain mengutamakan kualitas produk yang ditawarkan UMKM di pasar, tampilan produk baik berupa kemasan, label, maupun beragam materi promosi produk lainnya sangat menentukan peningkatan nilai jual dan omzet usaha.
“Kami menyadari bahwa hal ini selaras dengan fokus bisnis Astragraphia. Oleh karena itu, Astragraphia secara konsisten menyelenggarakan rangkaian Kelas ASIK sebagai bentuk public contribution Astragraphia untuk mendukung industri kreatif di Indonesia,” katanya.
Astragraphia, terangnya, punya semangat dan komitmen untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif di Indonesia beberapa tahun terakhir dengan berbagai aktivitas yang dilakukan dari kota ke kota dengan menggandeng berbagai pihak, baik dari lembaga pemerintahan, asosiasi profesi, yayasan, hingga komunitas.
Berdasarkan hasil survei internal, sebesar 96% pelaku usaha mikro dan kecil yang merupakan peserta Kelas ASIK periode sebelumnya sepakat bahwa kemasan dan label produk berperan penting terhadap kelangsungan bisnis. Namun selama masa pandemi Covid-19 sebesar 74% mengaku penjualannya menurun dibandingkan sebelum masa pandemi.
Chief of Corporate Secretary & Communications PT Astra Graphia Tbk, Melinda Pudjo mengatakan selama masa pandemi, Astragraphia telah menyelenggarakan Kelas ASIK secara daring dan telah menjangkau lebih dari 300 UMKM yang bergerak di industri kreatif yang tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, hingga Kalimantan dengan omzet Rp2 juta hingga Rp400 juta perbulannya.
Selain itu, Astragraphia menggandeng print-shop lokal yang dapat menjawab kebutuhan para UMKM tadi dalam melakukan pencetakan kemasan (packaging) dan labelling, sehingga proses hulu ke hilir dalam membantu UMKM ini memasarkan produknya dapat diwujudkan. “Astragraphia berharap, program Kelas ASIK dapat memberikan kontribusi nyata bagi pelaku UMKM dalam meningkatkan brand awareness dan omzet penjualan agar mampu mewujudkan UMKM yang berdaya saing, go-online, dan naik kelas,” ujar Melinda.