Jakarta, Gatra.com- Pandemi Covid-19 menjadi momentum Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan untuk melakukan berbagai pembenahan untuk menghadirkan layanan transportasi publik lebih sehat dan efisien.
“Contohnya melalui peluncuran layanan e- ticketing di Terminal Tipe A Jatijajar Depok dan aplikasi Lacak Trans oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia,” ujar Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan, Polana B. Pramesti dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/9).
Menurut Polana, saat ini menjadi momen yang tepat mengingat jumlah penumpang angkutan umum mengalami penurunan dibandingkan pada kondisi normal. Sehingga menjadi kesempatan untuk melakukan pembenahan melalui penerapan layanan e-ticketing.
“Harapannya setelah pandemi usai, e-ticketing akan menjadi kelengkapan layanan terminal. Sementara di tengah pandemi ini, layanan e-ticketing ini diharapkan dapat membantu mengurangi potensi kontak fisik secara langsung,” ungkap Polana.
Sebagai informasi, e-ticketing merupakan sistem elektronik berupa layanan digital yang sudah tersedia di Terminal Tipe A Jatijajar, Kota Depok. Layanan tersebut memiliki tiga fitur utama, yaitu Check in AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) berfungsi mencetak tiket /boarding pass bus AKAP.
Lalu Check in AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) berfungsi mencetak tiket /boarding pass bus AKDP. Serta GO SHOW yang berfungsi sebagai fitur pembelian tiket pada vending machine.
Sementara Lacak Trans merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk masyarakat Jabodetabek guna memantau risiko penularan Covid-19. Baik di daerah mereka berada, di daerah yang akan mereka tuju, di kendaraan yang akan mereka tumpangi, maupun di sepanjang rute jalan yang akan mereka lalui.
Tidak hanya itu, Polana menuturkan bahwa pemerintah juga berkomitmen dalam mendorong perubahan-perubahan positif. Seperti implementasi kebijakan transportasi ramah lingkungan dengan mendorong peningkatan penggunaan Non Motorized Transportation (NMT).
"Non Motorized Transportation dimanapun di dunia ini sebenarnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari urban transport, hanya saja di Indonesia khususnya di Jabodetabek belum terlalu memasyarakat,“ kata Polana.
Kondisi saat ini menurut Polana lebih memberikan peluang untuk mendorong jalan kaki dan bersepeda menjadi pilihan masyarakat bertransportasi untuk jarak -jarak terjangkau dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
"Pemanfaatan Non Motorized Transportation juga dapat dilakukan pada tahapan first mile maupun last mile saat menggunakan angkutan umum massal,” tutur Polana.
Menurut Polana, saat ini BPTJ tengah menyiapkan fasilitas bagasi gratis bagi pengguna Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) yang membawa sepeda lipat. “Dengan rencana tersebut, pengguna bus yang tinggal di kawasan Jabodetabek dapat membawa sepeda untuk digunakan pada tahapan first mile dan last mile setelah menggunakan angkutan umum massal,” jelas Polana.
Sementara itu, pengamat transportasi Yayat Supriatna menyebut bahwa pandemi telah membuat budaya transportasi umum masyarakat berubah. “Masyarakat menjadi lebih teratur," ujarnya.
Yakni dalam hal antrean, disiplin penggunaan masker, serta tidak mengobrol saat berada di bus dan kereta KRL atau MRT. Juga tetap menjaga jarak saat berada di bus atau kereta api.
Lebih lanjut, Yayat menjelaskan jika operator transportasi dikelola dengan baik serta mendapat arahan yang jelas, ternyata bisa mendorong perubahan. “Artinya, pandemi telah mendorong struktur yang membangun atau mengubah kultur,“ tutur Yayat.