Cilacap, Gatra.com – Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mewajibkan pondok pesantren untuk mengkarantina santri yang baru kembali ke asrama usai bepergian dari luar daerah, terutama zona merah. Hal itu dilakukan menyusul terkonfirmasinya ratusan santri positif Covid-19 di Kabupaten Banyumas dan Kebumen.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ibnu Tolib Majid mengatakan diduga penularan Covid-19 di pesantren berasal dari luar pesantren. Santri yang terpapar Covid-19 tersebut menularkannya ke sesama santri dan warga di ponpesnya.
“Makanya sudah kami tekankan untuk karantina 14 hari bagi santri baru atau baru kembali,” ucapnya.
Dia menjelaskan, masing-masing pesantren telah memiliki fasilitas karatina dan sistem untuk menekan potensi penularan Covid-19 dari santri baru atau baru kembali dari daerah asal. Dia yakin, jika protokol karantina itu diberlakukan, pesantren relatif aman dari paparan Covid-19.
“Skrining dan surat keterangan sehat juga penting,” katanya.
Perihal wacana meliburkan santri sementara waktu, Ibnu mengatakan hingga saat ini Kemenag dan Forum Pesantren masih mengkaji wacana tersebut. Sebab, bisa jadi santri yang dipulangkan ke rumah justru tidak aman lantaran bertemu dengan lingkungan yang lebih bebas.
Sebaliknya, kata dia, di pesantren interaksi santri dengan di luar pesantren sangat dibatasi. Bahkan, sebagian pondok pesantren melarang kunjungan orangtua santri pada masa pandemi Covid-19. Praktis, santri hanya bergaul dengan sesama santri dan pengasuhnya.
“Kalau sudah di pesantren, ya sama seperti kemarin. Protokol kesehatan harus ketat dan tatap muka sangat dibatasi,” jelasnya.
Dia mengakui pekan ini ada satu santri yang dipulangkan atau dijemput oleh keluarganya. Usai diperiksa di Puskesmas, santri tersebut dirujuk dan hendak diswab lantaran menunjukkan gejala Covid-19. Namun, hingga saat ini belum ada hasil pemeriksaan swab tersebut. Dia berharap dalam beberapa hari ke depan kepastian hasil yang diderita si santri sudah diketahui.
“Kemarin ada permintaan izin agar santri tersebut diswab. Sebenarnya kalau santri sakit itu biasa. Nanti istirahat di rumah beberapa hari diantar lagi ke pesantren sudah sembuh. Cuma karena ada seperti ini yang protokolnya memang swab,” jelasnya.