Home Ekonomi Bunga Telantar Selamatkan Ekonomi Warga Bantul Kala Pandemi

Bunga Telantar Selamatkan Ekonomi Warga Bantul Kala Pandemi

Bantul,  Gatra.com - Dipecat dari perusahaan percetakan gara-gara pandemi, Danang Ari Krisna (27) memanfaatkan kembang telang (Clitoria ternatea) untuk menyelamatkan kondisi ekonominya.

Sejak Mei lalu, Danang dan istrinya, Wiwit Nur Arista, mendirikan kedai herbal 'Ash Shikhah' yang mengolah bunga yang biasa ditemukan di pekarangan dan tepi hutan itu.

"Akibat pandemi Covid-19, perusahaan mengurangi karyawan pada akhir Maret lalu dan salah satunya saya. Ekonomi keluarga terancam kolaps," kata Danang, Rabu (30/9), saat ditemui di 'Ash Shikhah'  di RT 3, Dusun Sirat, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DIY.

.Tidak ingin berdiam diri, Danang dan istrinya lantas belajar secara otodidak dari internet untuk mengolah dan menghasilkan produk dari bunga telang. Bunga telang dipilih karena Danang menemui banyak bunga itu telantar di lingkungannya.

Mulai awal Mei lalu, Danang pun menyiapkan empat lahan khusus untuk menanam bunga telang. Dalam waktu tiga bulan, ia kini bisa memperoleh satu kilogram bunga kering setiap hari.

"Dari bunga kering kami menghasilkan produk teh bunga telang, sabun batang, sabun cair antiseptik, dan produk makanan seperti nasi serta agar-agar yang kami uji coba sendiri," katanya.

Dengan harga jual Rp5.000 sampai Rp27.000 per buah, produk Danang sudah tersebar ke sejumlah kota di Indonesia. Selama sebulan, kedai herbal ilik Danang sanggup memproduksi sekitar 2.000 produk. Dengan begitu, pemasukan mencapai  Rp10 juta sampai Rp54 juta.

Ia bahkan mendapatkan tawaran pembelian dari Bangladesh bulan lalu. Namun karena urusan izin, ekspor produk bunga telang masih terkendala. "Dalam tiga bulan terakhir,  saya bersyukur perekonomian kembali jalan. Soal omzet, kami belum memikirkannya. Yang penting usaha ini jalan dulu," ujarnya.

Wiwit menambahkan, mereka memilih untuk menanam sendiri bunga telang. Pasalnya harga bunga telang dalam kondisi kering tergolong mahal, yakni mencapai Rp500 ribu per kilogram.

"Untuk mempercepat hasil panen agar cepat kering, kami terapkan sistem pengeringan alami dengan oven. Hasilnya lebih bersih dan tahan lama," katanya.

882