Jakarta, Gatra.com – Di tengah masa pandemi yang mencekam dan suhu politik yang memanas, serangan siber diduga Ransomware melumpuhkan aktivitas di Universitas Health Service (UHS) di Amerika Serikat, sebuah jaringan rumah sakit terbesar dengan lebih dari 400 fasilitas kesehatan di beberapa negara.
Menyikapi kejadian tersebut, anggota Komisi I DPR Sukamta menyatakan semua pihak termasuk Indonesia harus waspada terhadap serangan siber di masa pandemi. Ia merujuk data dari Kaspersky yang mencatat 298.892 serangan Ransomware yang terdeteksi di Indonesia sepanjang semester pertama 2020 dengan rincian target serangan 2% UKM, 39% individu dan 49% enterprise. Angka tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara terbesar kedua yang diserang Ransomware di ASEAN.
“Di tengah pandemi seperti sekarang ini, kita semua aware dan waspada terhadap virus corona. Tapi kita juga musti waspada dengan virus siber, yaitu berupa serangan siber seperti Ransomware, Wannacry, dan yang sejenisnya,” ujar Sukamta dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Rabu (30/9).
Wakil Ketua Fraksi PKS itu menambahkan jika rumah sakit dan pusat karantina khususnya pasien Covid-19 mendapat serangan Ransomware, keadaan bisa menjadi tidak kondusif. “Serangan virus siber berdampak terhadap pasien, paling fatalnya sampai mengancam nyawa. Awal bulan ini, seorang pasien meninggal dunia di Jerman setelah ransomware menyerang rumah sakit tempatnya dirawat. Dalam kondisi kritis, pasien tersebut terpaksa dilarikan ke rumah sakit lain yang jaraknya lebih jauh, namun nyawanya tidak tertolong,” katanya.
Indonesia menurutnya sudah berpengalaman diserang virus dan malware seperti Ransomware dan Wannacry ini. “Tahun 2017 virus ini menyerang RS Dharmais dan RS Harapan Kita. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika kita juga akan mendapat serangan lagi. Tidak ada salahnya untuk mengantisipasi”.
“Pihak pemerintah dalam hal ini BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) dan Kementerian Kominfo bisa lebih sigap untuk mencegahnya. Bagi perusahaan, bisa juga untuk terus mengupdate antivirus dan sering melakukan back up data, sehingga jika terjadi serangan, setidaknya ada data di cadangan," ujar legislator Dapil Yogyakarta itu.