Cilacap, Gatra.com – Sebanyak sembilan dari 24 early warning system (EWS) atau alat peringatan dini tsunami di di pesisir selatan Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah rusak. Akibatnya, peringatan dini tak bisa menjangkau seluruh wilayah rawan tsunami.
Kabupaten Cilacap secara geografis berada di bagian wilayah selatan Provinsi Jawa Tengah berhadapan langsung dengan perairan Samudera Hindia, dengan panjang garis pantai sekitar 105 km, yang dimulai dari bagian timur pantai Desa Jetis Kecamatan Nusawungu ke arah barat hingga Ujung Kulon Pulau Nusakambangan.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan kerusakan terjadi karena korosi. Terlebih, EWS tsunami yang terpasang tersebut sudah termakan usia. “Ada 24 (EWS), yang rusak sembilan. Dimakan usia, karena korosi. Karena di pinggir pantai itu kan rawan korosi garam,” katanya, Senin.
Menurut dia, tahun ini pemerintah telah menganggarkan pengadaan EWS tsunami, namun terpaksa ditunda lantaran Covid-19. Rencananya, pengadaan akan dilakukan tahun depan.
Dia menjelaskan, EWS tersebut penting lantaran terdapat 50 desa dan kelurahan di 10 kecamatan sepanjang pesisir selatan yang masuk kategori rawan terdampak bencana gempa bumi dan tsunami. Tiap bulan, simulasi gempa dan tsunami dilakukan secara bergilir untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan tsunami.
“Kita terkendalanya memang EWS, tahun ini kita sebenarnya ada anggaran untuk pengadaan EWS. Tetapi karena ada Covid-19, refocussing, jadi ya anggarannya ditunda untuk tahun depan,” kata Tri Komara Sidhy.,” jelasnya.
Lebih lanjut Komara mengemukakan, untuk mengedukasi masyarakat, BPBD juga membentuk desa tangguh bencana (Destana) tsunami. Terkini, sudah ada 11 desa yang membentuk destana. Sosialisasi juga terus dilakukan untuk memastikan kesiapan mitigasi saat terjadi gempa bumi.
“Sosialisasi kita perbanyak, dengan teman-teman ke lapangan. Termasuk kita juga sudah membentuk destana, desa tangguh bencana, sehingga bisa untuk wara-wara (sosialisasi),” ucapnya.