Kupang, Gatra.com- Ketua Komisi VII DPR RI, menggandeng Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI), asosiasi yang berpengalaman dalam bidang energi terbarukan dan jaringan cerdas untuk merealisasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sumba berkapasitas 20.000 MW. Kabel bawah laut akan menghubungkan Provinsi NTT sebagai pusat pembangkitan energi surya dengan Pulau Jawa dan Bali sebagai pusat beban di Indonesia.
“Kita semua bersyukur dan bahkan terperangah karena NTT ternyata adalah masa depan Indonesia, bahkan masa depan dunia. Sesuai hasil riset, sinar matahari terbaik di Indonesia itu ada di dua pulau yaitu Sumba dan Timor, NTT,” kata Sugeng Suparwoto kepada awak media usai audiens dengan Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat ( 25/9)
Dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang memukul seluruh sendi perekonomian dunia, jelas Sogeng Suparwoto itu maka satu-satunya pintu untuk bangkitnya ekonomi adalah melalui investasi di bidang energi baru terbarukan.
“Potensi di Pulau Sumba dan Timor sampai 60.000MW. Sementara hari ini di Indonesia secara keseluruhan sekitar 62.000. Jadi potensi energi sinar matahari di Sumba dan Timor bisa mencapai 60.000 MW. Ini sebuah potensi yang besar ,” jelas Sugeng Suparwoto yang didampingi Gubernur Viktor.
Disebutkan Sugeng, Komisi VII DPR RI melihat potensi ini dan terus memberikan dukungan penuh terhadap rencana besar pembangunan pusat sumber pembangkit energi surya di Sumba. Karena energi surya dari Sumba untuk bakal memasok kebutuhan energi hingga ke pulau Jawa dan telah melalui tahapan riset.
“Saat Hari Kelistrikan Nasional, 27 Oktober 2020 mendatang saya dan Gubernur NTT akan menghadap Presiden untuk memaparkan rencana ini untuk dijadikan sebagai sebuah keputusan nasional. Kami akan segera merumuskan skema-skema implementatifnya,” ujar Sugeng.
Pendiri dan Ketua PJCI, Eddie Widodo saat itu mengatakan, pihaknya menyambut baik keinginan Gubernur NTT untuk menjadikan Provinsi NTT, khususnya Pulau Sumba, sebagai pusat pembangkitan energi surya. Secara internal telah mendeklarasikan inisiatif ini dengan nama Sumba Untuk Indonesia
“Untuk Pulau Sumba, atau Provinsi NTT umumnya, PLTS mampu beroperasi sepanjang 5 hingga 6 jam sehari. Sebagai perbandingan, di DKI Jakarta operasional optimal PLTS sehari berkisar antara 3-4 jam. Dampaknya baik dampak secara ketenagalistrikan, ekonomi, maupun pengembangan industri terkait, akan sangat besar apabila inisiatif ini dijalankan dengan baik ,” kata Eddie Widodo.
Sementara itu Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat menyebutkan surya dari Sumba untuk memasok kebutuhan energi hingga ke pulau Jawa dan telah melalui tahapan riset. “Ini projek yang sangat monumental dan membanggakan bagi Indonesia dan NTT baik dari aspek ekonomi, sosial, politik dan budaya akan bertumbuh dengan baik. Lahan yang dibutuhkan untuk membangun investasi kelistrikan itu telah disiapkan di Kabupaten Sumba Tengah,” kata Viktor Bungtilu Laiskodat.