Jakarta, Gatra.com – Aplikasi marketplace daring Ula kini menggencarkan misi untuk memberdayakan UMKM Indonesia. Pada Juni lalu, perusahaan menerima pendanaan awal sebesar US$ 10,5 juta untuk memodernisasi distribusi dan sistem kredit sektor ritel tradisional.
Meski dihadapkan pada kondisi ekonomi yang menantang di 2020, Ula mencatatkan pertumbuhan sebesar 30x lipat sejak pertama kali diluncurkan dan kini menjangkau lebih dari 7.000 pengguna aktif yang secara otomatis menjadi mitra Ula. Ula mulai beroperasi di Surabaya awal tahun ini, namun telah memperluas jangkauan secara pesat di seluruh Jawa Timur dan baru-baru ini meluncurkan bisnisnya di Semarang, Jawa Tengah.
CEO Ula, Nipun Mehra mengatakan pertumbuhan bisnis yang dicapai menunjukkan adaptasi yang dilakukan perusahaan ketika warung mulai siap menerima perubahan untuk meningkatkan bisnis mereka. “Karakter UMKM di Indonesia memiliki jiwa wirausaha yang kuat dan kami hadir menyediakan solusi dengan penggunaan teknologi untuk mengarahkan dorongan tersebut. Makna kesuksesan bagi kami adalah untuk membuat tahap akhir proses bisnis ritel lebih efisien dan lebih sukses dari sebelumnya,” ujar Nipun Mehra dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Jumat (25/9).
Sebelum kemunculan Ula, para pemilik warung terpaksa menutup sementara warung untuk mendatangi toko grosir di pasar sembari mengantri, dan mengambil barang yang tersisa dengan harga yang tersedia. Kini dengan adanya Ula, mereka dapat memesan barang tanpa harus menutup toko dan berpergian ke pasar. Alhasil, mereka menghasilkan lebih banyak pendapatan. Selain itu, opsi sistem pengantaran Ula menjaga keamanan pemilik warung dari tindak kriminal selama masa pandemi ini.
“Saat ini salah satu area fokus Ula adalah mengedukasi warung-warung untuk menyimpan stok barang secukupnya. Di zaman ini mereka tidak lagi perlu bergantung pada kunjungan agen grosir yang hanya sekali setiap satu atau dua minggu,” ucap Mehra. Dengan bantuan Ula, semua stok barang tersedia sesuai permintaan. Hal tersebut membantu ketersediaan uang tunai bagi toko yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya, seperti untuk membeli tipe barang berbeda atau keperluan pribadi seperti membeli sepeda motor baru atau berinvestasi untuk pendidikan anak-anak.
Seperti diketahui pandemi Covid-19 telah merusak jantung beberapa sektor termasuk UMKM. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah masyarakat Indonesia yang dipekerjakan di sektor UKM mencakup 97% dari jumlah populasi aktif. Seperti diketahui UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia karena mampu berkontribusi hingga 60% GDP negara. Oleh karenanya, dukungan terhadap UMKM sangat penting untuk kemajuan ekonomi Indonesia.
Co-Founder dan CCO Ula, Derry Sakti mengatakan pihaknya mengambil keputusan bisnis yang relevan dengan masa pandemi ini. Dengan adanya aplikasi maka mitra Ula sudah mendukung pemerintah dalam menjalankan protokol kesehatan seperti menghindari keramaian dan menjaga jarak.
“Kami mendorong mitra kami untuk memesan stok barang melalui aplikasi Ula supaya mereka tidak perlu menunggu kunjungan tim sales distributor atau pergi ke pasar yang ramai untuk membeli dari toko grosir. Mereka dapat memesan sesering yang mereka perlukan dan kami akan mengantarkannya untuk mereka,” kata Derry.
Teknologi ini menurutnya penting dimasyarakatkan untuk semua kalangan. “Tentunya hal ini adalah opsi yang lebih aman dan mengurangi kontak antar manusia sehingga menjaga mereka tetap aman. Sebagai tambahan, cara ini juga mengurangi perputaran kas karena mereka tidak harus membeli stok untuk satu atau dua minggu sekaligus namun bisa membeli untuk hanya 1-2 hari, sesuai keinginan mereka. Ini merupakan suatu hal yang revolusioner untuk warung-warung tersebut,” ujarnya.
Manfaat dari aplikasi Ula juga dirasakan Pak Mualim, pemilik Toko Mualim di Sidoarjo, Jawa Timur. “Sejak saya menjadi mitra Ula delapan bulan lalu, Ula telah menjadi solusi untuk warung saya. Pengantaran barang dan pemesanan barang melalui aplikasi telah menyelamatkan bisnis saya, terutama selama pandemi ini,” katanya.
Awalnya Mualim sempat kurang pede beralih ke digital, namun setelah mendapatkan rekomendasi dan saran, ia mencoba Ula. “Sebelumnya, semua pemesanan saya dilakukan secara tatap muka, dan saya kurang percaya dengan belanja online. Ula telah membuat saya percaya membeli melalui aplikasi mereka, dan sekarang saya dapat memesan kapan saja dan dari mana saja,” tandasnya.