Temanggung, Gatra.com - Karut marut persoalan tembakau petani yang tak kunjung usai, terkait harga dan serapan dari pabrikan membuat pemerintah pusat turun tangan. Setelah Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq berkirim surat terkait masalah ini, Kementerian Perindustrian memberikan atensinya.
Dirjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian RI Abdul Rochim, bersama Sektretaris Dirjen Industri Agri Emil Satria, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Edy Sutopo terjun ke Temanggung untuk meninjau di lapangan. Mereka berkunjung ke perwakilan dua pabrikan rokok besar Indonesia, yakni PT Djarum dan PT Gudang Garam. Selain itu, datang ke Desa Lamuk Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo menemui petani.
"Memang setelah mendapat surat dari Pak Bupati ke Pak Menteri, kami ingin melihat langsung kondisi lapangan. Ternyata memang ada beberapa persoalan seperti dampak pandemi sehingga pabrikan menerapkan protokol, juga karena cuaca jade grade nya agak rendah. Ini yang penting saling pengertian antara industri dengan petani, jadi industri tetap membeli dengan harga pantaslah,"kata Abdul Rochim, Kamis (24/9/2020) petang.
Menurutnya, harus ada kesinambungan antara petani dengan industri jangan sampai karena persoalan tahun ini maka tahun depan petani tidak mau menanam tembakau lagi. Kalau seperti ini pabrikan juga rugi karena butuh bahan baku, sebagai salah satu syarat industri bisa berjalan. Pihaknya akan mendorong pihak pabrikan di pusatnya agar membeli tembakau petani dengan harga pantas.
"Makanya kami ke sini untuk menjembatani, memang di triwulan II industri pengolahan rokok turun 10 persen. Karena adanya pandemi, dan tahun ini cukai rokok naik cukup signifikan, sehingga dengan harga tinggi plus kondisi covid penjualan rokok juga turun. Pabrik berjanji membeli tapi minta tembakaunya asli Temanggung tidak dicampur-campur. Maka kami akan mendorong pabrikan rokok PT Djarum dan Gudang Garam di pusat untuk membeli tembakau petani,"katanya.
Terkait persoalan kenaikan cukai yang berdampak pada turunnya daya beli masyarakat terhadap rokok pabrikan, dan melebar pada lesunya pembelian tembakau petani oleh pabrik, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan. Diharapkan, kalau memang ada kenaikan agar dihitung dengan baik, memperhatikan kebijaksanaan agar tidak seperti tahun ini. Sebab jika industri jelek pasti akan berdampak pada petani.
Bupati Temanggung Muhammad Al Khadziq mengatakan, tahun ini memang ada pengurangan kuota pembelian, alasan pabrik karena penjualan rokok menurun karena resesi, kenaikan cukai rokok, serta pengurangan antrean masuk. Sehingga yang terjadi antara supply and demand tidak berimbang maka harga tidak tertolong.
"Kita mohon Pak Dirjen sampaikan kepada direksi pabrikan (Gudang Garam dan Djarum), agar ini tembakau petani dibeli sampai habis. Saya yakin kalau dua pabrikan membeli 'kenceng', pasti harga akan bersaing,"katanya.
Perwakilan PT Djarum di Temanggung, Hugiono, menuturkan, sampai saat ini masih melakukan pembelian tembakau petani dan sudah membeli 3.500 ton. Rencananya PT Djarum akan membeli sebanyak 6.500 ton.
Perwakilan PT Gudang Garam di Temanggung Tjong They atau Hartanto menuturkan, memang di masa pandemi ini pihaknya menerapkan prtokol secara ketat karena tidak ingin terjadi hal kurang baik pada proses jual beli. Makanya untuk kegiatan tidak bisa seperti saat normal pada tahun-tahun sebelumnya. Dikatakan, beberapa tahun terakhir hanya dua pabrikan besar yang membeli tembakau petani, yakni PT Djarum dan Gudang Garam, sedangkan pabrikan lainnya tidak membeli, padahal dulu ada PT Bentoel, Nojorono, dan lain-lain.
"Di dalam gudang kegiatannya tidak boleh terlalu banyak orang, risikonya besar, penerimaan kita jadwal agar tidak berkerumun. Untuk pembeliannya tetap ada, tapi kita di sini (Temanggung) hanya orang lapangan untuk kebijakan dari pusat (Kediri). Ada penurunan pembelian 15 persen dan kalau sekarang tidak mungkin sebanyak tahun lalu,"katanya.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Agus Parmudji menuturkan, untuk memecahkan masalah ini harus ada konektivitas antara pihak industri dan pemerintah pusat. Dicontohkan, ketika Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani mengumumkan kenaikan cukai rokok maka industri tidak stabil sehingga petani terdampak pada rendahnya harga dan serapan hasil panen. Keadaan ini membuat petani merugi.
"Fenomena tembakau itu berbeda dengan industri lain, kalau perdagangan lain harga jual produk mahal harga bahan bakunya pasti juga ikut mahal. Kalau tembakau harga diatur pemerintah karena cukai, dijual mahal, tapi efeknya penyerapannya berkurang. Maka sekarang yang harus menjadi wasit adalah pemerintah, kami lihat industri juga memainkan sesuatu ngomong kuota, artinya mencari grade atau standar terlalu tinggi yang barangnya tidak ada sehingga petani kesulitan masuk,"terangnya.
Yamuhadi petani tembakau lain menuturkan saat ini harga tembakau hanya dikisaran Rp.50.000-Rp55.000. Harga tersebut belum bisa menutup biaya tanam yang jika dihitung secara matematis paling tidak harga di atas Rp65.000 per kilogram, dengan hitungan biaya tanam Rp80 juta untuk setiap 1 hektare lahan tembakau.