Slawi, Gatra.com - Pemakaman pasien suspect Covid-19 di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah diwarnai penyerangan terhadap petugas yang sedang melakukan pemakaman. Dua tenaga kesehatan (nakes) terluka dalam peristiwa ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Gatra.com, penyerangan tersebut terjadi di Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Selasa (22/9) sekitar pukul 13.45 WIB.
Saat itu, tim Gugus Tugas Covid-19 yang terdiri dari tenaga kesehatan dari RSUD dr Soeselo Kabupaten Tegal dan relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kecamatan Bumijawa tengah melakukan pemakaman jenazah pasien suspect Covid-19 bernama Hamam (15). Warga Dukuh Sawangan, Desa Sigedong itu meninggal di RSUD dr Soeselo, Selasa pukul 07.30 WIB setelah diduga terpapar Covid-19.
Penyerangan bermula ketika peti jenazah sedang diturunkan ke liang lahat menggunakan tali tambang. Tiba-tiba, salah satu tali tambang yang dipegang petugas terlepas sehingga peti jenazah menjadi miring.
Seorang perwakilan keluarga yang juga ikut memegang tali kemudian meloncat turun ke liang lahat, sementara petugas yang memegang tali pelan-pelan melepaskan tali untuk menurunkan peti jenazah. Perwakilan keluarga itu lalu merusak peti jenazah dan melemparkannya ke atas liang lahat sembari berteriak bahwa peti jenazah dibanting seperti pemakaman binatang.
Teriakan itu memicu emosi ratusan warga yang sudah berada di lokasi pemakamanan. Ratusan warga yang awalnya menyaksikan pemakaman dari kejauhan itu langsung merangsek ke liang lahat dan menyerang petugas pemakaman dari RSUD dr Soeselo dan relawan PMI.
Akibat kejadian tersebut, dua tenaga kesehatan yang berasal dari RSUD dr Soeselo mengalami luka-luka. Identitas keduanya yakni Ida Wahyu (41), dan Waras (38).
Ida mengalami luka memar di bagian kepala belakang, sedangkan Waras mengalami luka memar di kaki dan pantat, lecet di pipi serta benjol di telinga.
Tak hanya melakukan penyerangan, ratusan warga juga sempat merusak mobil Tim Reaksi Cepat (TRC) Kecamatan Bumijawa. Mobil yang digunakan para petugas pemakaman untuk menyelamatkan diri itu sempat dikepung saat akan meninggalkan lokasi pemakaman.
Direktur RSUD dr Soeselo, Guntur M Taqwin membenarkan informasi kejadian tersebut. Menurut dia, penyerangan warga dipicu kesalahpahaman saat tali tambang yang digunakan untuk menurunkan peti jenazah ke liang lahat terlepas secara tidak sengaja.
"Dua petugas kami dikejar-kejar sampai dipukul di bagian kepala, dan juga kena lemparan batu. Karena situasi tidak kondusif, mereka berupaya menyelamatkan diri," kata Guntur saat dikonfirmasi Rabu (23/9).
Menurut Guntur, dua petugas pemulasaran jenazah tersebut sempat mendapat perawatan di Puskesmas Bumijawa setelah berhasil menyelamatkan diri dari amukan warga.
"Mereka kemudian dirujuk ke RSUD dr Soeselo untuk dirawat dan diobservasi karena itu ada trauma di kepala. Sekarang masih dirawat tapi kondisinya sudah membaik," jelas Guntur.
Menurut Guntur, jenazah yang dimakamkan merupakan pasien suspect Covid-19. Sebelum meninggal, pasien ini sempat dirawat di RSUD dr Soeselo selama satu hari. "Saat datang ke RS ada gejala ke arah Covid. Saat di-rapid test hasilnya reaktif. Kemudian kami diambil swabnya, tapi hasilnya belum keluar yang bersangkutan meninggal. Akhirnya dimakamkan dengan prosedur pemakaman pasien infeksius untuk mencegah penularan," jelasnya?.
Guntur menyesalkan terjadinya penyerangan hingga mengakibatkan dua tenaga kesehatan RSUD dr Soeselo mengalami luka-luka. Peristiwa itu menunjukkan masyarakat masih perlu diedukasi terkait pencegahan penularan Covid-19.
"Tugas tenaga kesehatan dalam pemakaman pasien Covid-19 sesuai dengan SOP yang ada dan kebijakan dari Kemenkes untuk mencegah penularan dan munculnya klaster-klaster baru," tandasnya.