Jakarta, Gatra.com — Tanggal 22 September merupakan World Rhino Day (WRD), atau Hari Badak Sedunia. Bertepatan dengan itu, Javan Rhino Expedition (JRE) meluncurkan hasil ekspedisinya mengenai badak jawa Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Koordinator Tim Ekpedisi JRE, David Herman Jaya, dalam webinar bertajuk "Hari Badak Sedunia: Apa Kabar Badak Jawa?" pada Selasa (22/9), menyampaikan, hasil ekspedisi ini dibuat dalam bentuk karya foto dan film dokumenter. Peluncuran ini juga bertepatan dengan setahun perjalanan kegiatan JRE yang menyoroti upaya konservasi badak jawa.
JRE dari PT Storia Suksesindo Projekta ini merupakan kegiatan yang digagas oleh sekelompok anak muda pecinta konservasi, sebagai upaya penyadartahuan terhadap konservasi badak jawa di Ujung Kulon dan masyarakat lokal di desa penyangga TNUK melalui ekspedisi dokumentasi fotografi, jurnal, dan videografi.
Seperti diketahui bahwa lima jenis badak yang tersisa di dunia merupakan satwa terancam punah, dan dua dari kelima jenis badak tersebut berada di Indonesia, yaitu badak sumatera dan badak jawa.
Baca juga: Mengintip Badak Jawa di Pegunungan Honje
Badak jawa hanya dapat ditemukan di Semenanjung Ujung Kulon dan untuk melihatnya secara langsung, diperlukan izin khusus agar tidak mengganggu perilaku dan habitatnya, serta selama melaksanakan ekspedisi diperlukan kehati-hatian.
Ekspedisi badak jawa di dalam TNUK dimulai tepat pada Hari Badak Sedunia pada tanggal 22 September hingga 6 Oktober 2019 bersama tim gabungan dari JRE, petugas dari TNUK, dan masyarakat lokal.
Tim melakukan ekspedisi dengan menggunakan dua metode, yaitu ranggon (rumah pohon) dan susur sungai dengan menggunakan perahu karet. David mengatakan, ekspedisi ini bukan hanya sekadar mengambil visual badak jawa.
"Bersama para ahli masyarakat lokal, kami mencoba berdiskusi lebih jauh tentang hal baik apa yang perlu dan bisa menjadi masukan agar upaya pelestarian badak jawa terus berkembang ke depannya," ujar dia.
Memiliki satwa ikonik dengan populasi tunggal di TNUK, tentunya merupakan tanggung jawab yang besar bagi Indonesia untuk melestarikannya. Komunikasi dan penyadartahuan kepada masyarakat luas di Indonesia melalui kampanye tentang pentingnya pelestarian badak jawa, merupakan hal yang sama krusialnya dengan upaya konservasi yang telah dilakukan, baik oleh penggiat konservasi dari kelembagaan atau mitra dan masyarakat lokal.
Sementara itu, Kepala Balai TNUK, Ir. Anggodo, M.M., mengatakan, pihaknya menyambut baik upaya konservasi badak jawa. "Kami sangat mendukung kegiatan ekspedisi ini."
Baca juga: Populasi Badak Jawa di Ujungkulon Meningkat
Ia berharap bahwa kegiatan ekspedisi ini akan meningkatkan atensi masyarakat terhadap upaya konservasi badak jawa, baik yang dilakukan oleh lembaga maupun masyarakat luas dalam bentuk kampanye penyadartahuan.
Menurut Anggodo, kampanye penyadartahuan konservasi badak jawa merupakan bagian yang penting untuk keberlanjutan program pelestarian badak jawa karena masyarakat luas akan terus diingatkan akan kegentingan upaya penyelamatan badak jawa.
"Mereka diharapkan dapat berperan aktif untuk mendukung upaya konservasi badak jawa," ujar Anggodo.
Ekspedisi untuk mendukung konservasi badak jawa ini terwujud berkat kerja ama JRE dengan Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta didukung oleh mitra media dari National Geographic Indonesia, Travelink, komunitas Indonesia Wildlife Photography, komunitas Photography From Home, Rumah Tukik dan Yayasan Matahati Cakra Hadiraksa serta kampus Universitas Tarumanagara Jakarta.
Reporter: MAA