Slawi, Gatra.com - Jumlah limbah medis yang dihasilkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soeselo Kabupaten Tegal, Jawa Tengah meningkat hingga lima kali lipat selama masa pandemi Covid-19. Penanganan limbah berbahaya itu dilakukan dengan prosedur khusus.

Direktur RSUD dr Soeselo, Guntur M Taqwin mengatakan, penanganan limbah medis, utamanya limbah medis dari penanganan pasien Covid-19 memiliki prosedur tersendiri karena tergolong limbah infeksius.

"Prosedur penanganan limbah medis kami lakukan dan tidak bisa sembarangan. Kami kerja sama dengan pihak ketiga yang sudah punya lisensi dari Kementerian Kesehatan," kata Guntur kepada Gatra.com, Selasa (22/9).

Menurut Guntur, setiap hari limbah medis dikumpulkan di satu tempat khusus. Selanjutnya limbah tersebut diangkut oleh pihak ketiga untuk dimusnahkan.

"Seminggu dua kali limbah medis yang sudah dikumpulkan di ruangan khusus diambil dan dibawa pihak ketiga," ujarnya.

Limbah medis tersebut di antaranya merupakan alat pelindung diri (APD) sekali pakai yang digunakan tenaga kesehatan (nakes) yang menangani pasien Covid-19 , seperti baju hazmat, pelindung kepala dan masker.

"Maskernya kalau nakes yang menangani pasien Covid-19 itu pakai N95. Kalau nakes lain yang di pelayanan atau poli tetap APD tapi level 3. Pakai masker, faceshild, gown, untuk mencegah penularan," ujarnya.

Guntur menyebut jumlah limbah medis yang dibuang selama pandemi Covid-19 mengalami peningkatan hingga lima kali lipat dibandingkan saat sebelum pandemi. Hal ini karena jumlah pasien Covid-19 trennya mengalami peningkatan.

"Jumlah pastinya saya kurang tahu, tapi yang jelas banyak. Baju hazmat saja, paling tidak sehari jumlahnya sekitar 30 yang mesti dibuang karena sekali pakai, ungkapnya.

Guntur menambahkan, kebutuhan APD untuk para tenaga kesehatan juga mengalami peningkatan. 

"Kebutuhannya meningkat tapi sejauh ini masih tercover," tandasnya.