Pekanbaru, Gatra.com - Keikutsertaan dua politisi Partai Golkar dalam satu area pilkada, menunjukan faksi-faksi dalam tubuh Partai Golkar benar adanya. Golkar menggempur Golkar.
Di Riau, saat ini beberapa pilkada menyuguhkan pertarungan antar sesama kader Partai Golkar. Hal ini terjadi pada pilkada Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Rokan Hilir.
Sebelumnya Wakil ketua pemenangan pemilu Partai Golkar Provinsi Riau, Ikhsan, menegaskan tidak ada istilah Golkar menggempur Golkar. Menurutnya pada 9 pilkada serentak 2020 di Riau, DPP Partai Golkar telah mengeluarkan surat keputusan untuk mendukung seorang kader.
"Jika kemudian saat pendaftaran ada kandidat yang dikenal sebagai kader Golkar, tapi bukan yang direkom Partai Golkar, sudah pasti ada sikap untuk itu, " ungkapnya.
Ikhsan menyebut sikap yang diambil Partai Golkar Riau itu bisa dibuktikan, misalnya memarkir kader tersebut dari kepengurusan. "Pasti ada sanksi untuk hal semacam itu," tekannya.
Terlepas dari adanya sikap tegas di internal Partai Golkar Riau. Hal tersebut bukan jaminan, kader yang diparkir langsung luntur citra kuningnya. Bagaimana pun dalam hajatan pilkada persepsi pemilih ikut beperan. Sulit bagi masyarakat untuk menganggap seorang politisi Golkar menjadi non-Golkar, hanya karena partai telah mengeluarkan politisi tersebut dari pengurus.
Inilah yang terjadi di pilkada Indragiri Hulu, ketika Supriati yang telah lama dikenal sebagai orang Golkar di wilayah setempat, pada pilkada 2020 diparkir Partai Golkar Riau dari kepengurusan. Di kabupaten tersebut Supriati maju sebagai bakal calon wakil bupati mendampingi Irjen Pol Purn Wahyu Adi. Sementara Partai Golkar mengusung duet Rezita-Junaidi.
Dalam suatu kesempatan, Supriati sendiri tidak mempersoalkan suara Golkar di Kabupaten Indragiri Hulu bakal berujung perpecahan.
"Ya bisa saja, karena saya ini orang Golkar juga. Yang jelas saya sudah punya inisiatif membicarakan ini dengan Ketua Golkar Riau Syamsuar. Hanya saja ketika itu Pak Syamsuar disibukkan masalah pelantikan pejabat eselon II, jadi tidak ketemu," urainya.
Persaingan faksi-faksi di tubuh Partai Golkar juga terlihat pada ajang musyawarah daerah (musda) Partai Golkar tingkat kabupaten. Saat itu, sejumlah pengurus Partai Golkar tingkat provinsi memutuskan maju pada gelaran musda Golkar kabupaten.
Adapun hasil musda dan pilkada, bukan hanya menentukan peta politik Partai Golkar pada pemilu 2024. Hasil kontestasi politik tersebut juga akan menjadi gambaran terhadap persaingan antar kubu di Partai Golkar. Untuk diketahui sebagai basis tradisional Partai Golkar di Indonesia, perkubuan internal Golkar juga mengakar di Riau.
Sumber Gatra di internal Partai Golkar mengatakan, saat ini terjadi persaingan antara kubu Luhut Binsar Panjaitan dengan kubu Jusuf Kalla dan Agung Laksono di Provinsi Riau.