Home Gaya Hidup Sultan: Selain Obat Medis, Renungan Budaya Bisa Lawan Corona

Sultan: Selain Obat Medis, Renungan Budaya Bisa Lawan Corona

Yogyakarta, Gatra.com - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan perjuangan melawan Covid-19 dapat melalui perenungan kebudayaan.

Hal ini disampaikan Sultan saat membuka Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020 “Mulanirâ: Akar Hening di Tengah Bising”, di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta, Senin (21/9), yang juga disiarkan secara daring. Pameran ini berlangsung hingga 26 September dan dapat dinikmati pula secara daring.

“FKY ini mencoba meneropong masa depan, dengan berpijak pada masakini, seraya menengok masa silam,” katanya.

Jika masalalu adalah kenangan dan pembelajaran, dan masa depan adalah harapan dan misteri, maka masakini adalah perjuangan menegakkan kehidupan melawan Covid-19.

“Selain dengan pengobatan medis, perjuangan itu bisa lewat jalan perenungan kebudayaan sebagai akar hening. Misalnya, dengan “Kidung Rumêksâ Ing Wêngi”, doa tolak bala anggitan Sunan Kalijaga yang dilafalkan bakda salat malam dalam suasana hening dan hati bening sebagai kidung pengusir pagêblug,” tutur  Raja Keraton Yogyakarta ini.

Menurut dia, di tengah kesibukan yang membisingkan ini, hening sejenak akan menajamkan kepekaan mata-batin kita. Karena kebudayaan tidak hanya berdialog tentang nilai-nilai dan artefak saja, tetapi menjangkau seluruh totalitas kehidupan.

“Saya juga memberikan salut karena banyak generasi muda yang peduli budaya sendiri dan sadar sejarah. Mereka memaknai Yogyakarta melalui karya cipta yang mengejutkan sekaligus menggetarkan,” ujar dia.

Sebelumnya ia mengapresiasi FKY yang tidak ada matinya selama 32 tahun karena dihidupi oleh kecintaan pada seni sebagai profesi dan panggilan jiwa. “FKY juga menunjukkan puncak-puncak pencapaian perjalanan seni di Yogyakarta,” kata dia.

FKY 2020 menggelar sejumlah acara budaya seperti sayembara Ketoprak Tobong: “Kelana Bhakti Budaya”, dan sejumlah kompetisi seni seperti Tari Kreasi Mulanira, Dagelan Bahasa Jawa, Mulanira Photo Challenge, Cerpen Mulanira, dan Hand Lettering Aksara Jawa.

“Saya memberi apresiasi plus terhadap isi pada setiap kegiatan seninya oleh tiga sebab,” kata Sultan.

Pertama, membangkitkan kembali seni tradisi yang dikhawatirkan terancam punah ditelan zaman milenial. Kedua, khususnya untuk ketoprak, ia berharap pengelanaannya bisa melahirkan banyak model figur Tjokrodjiyo atau Kadariyah muda yang tak kalah pamornya dengan yang tua-tua.

“Ketiga, di sinilah kekuatan Yogya yang selalu memudakan diri, baik lewat regenerasi biologis senimannya, maupun rejuvenisasi karya-karya kreatifnya,” kata dia.

Direktur Utama FKY 2020 Paksi Raras Alit menjelaskan, judul “Akar Hening di Tengah Bising” FKY 2020 dimaknai sebagai pengingat.

“Meskipun FKY kali ini seperti senyap, tanpa panggung, tanpa keriuhan, kita tetap bergerak seperti akar hening. Yang paling memungkinkan untuk kondisi saat ini adalah pemanfaatan teknologi,” papar Paksi.

Melalui video daring, Direktur Jenderal Kebudayaan RI, Hilmar Farid menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya FKY 2020. "Di tengah situasi pandemi ini kita kembali menata ekosistem kebudayaan kita menyesuaikan diri tentunya dengan keterbatasan-keterbatasan," paparnya.

Acara pembukaan diisi pertunjukan tari topeng dari Anterdans oleh Anter Asmorotedjo berjudul 'W I T'. Di area pameran seni rupa, tampil kolaborasi lintas seni oleh aktor Landung Simatupang, Kunto musisi Aji, dan seniman Lintang “Kenali Rangkai Pakai” Radittya.

200