Banda Neira, Gatra.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Hilmar Farid, menyebutkan bahwa Jalur Rempah yang sedang didorong pihaknya, adalah sebuah program rekonstruksi budaya yang membentuk budaya bahari di Nusantara, menuju pengakuan sebagai Warisan Dunia dari UNESCO.
"Program Jalur Rempah ini mengangkat outstanding Universal Value dan diplomasi budaya, rekonstruksi hubungan antarbudaya, masyarakat dan peradabannya akan memperlihatkan ketersambungan satu dengan lainnya," ujar Hilmar saat dihubungi Gatra.com melalui telepon dari Banda Neira, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Minggu (20/9).
Salah satu kegiatan dalam rekonstruksi ini, kata Hilmar, adalah napak tilas dengan melakukan pelayaran membawa misi budaya. Dia berharap program ini dapat menjadi dokumentasi yang akan menjadi pembelajaran untuk menyiapkan kegiatan pelayaran budaya yang lebih besar di titik dan simpul jalur rempah dalam dan luar negeri, yang rencananya akan dimulai pada tahun 2021.
Menurutnya, kapal layar Arka Kinari dengan misi seni budaya dan lingkungan, yang disambut secara adat di Banda Neira, Sabtu (19/9), setelah berlayar dari Rotterdam Belanda pada 23 Agustus 2019, ini kemudian berkolaborasi dengan Program Jalur Rempah dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.
Pada Program Jalur Rempah ini, menurut Hilmar, yang disasar adalah situ-situs peninggalan sepanjang jalur rempah itu. "Jalur rempah ini kan tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain, sehingga harus ada kerja sama internasional," ujarnya.
Soal nama dalam usulan ke UNESCO nanti, lanjut dia, akan berupa usulan multi nasional, karena ada beberapa negara yang juga mengusulkan jalur rempah itu.
Bagi Hilmar, jalur rempah ini merupakan satu narasi sejarah penting yang selama ini terabaikan. Padahal, kata dia, di masa lalu memegang peranan yang sangat penting, bahkan di masa sekarang pun, di kepulauan rempah itu hubungan-hubungan maritimnya sebenarnya masih berjalan. Hanya saja tidak mengemuka.
"Nah, keinginan mengangkat kembali jalur rempah ini, bak menerangi sisi-sisi interaksi sosial budaya yang terjadi di Indonesia, yang mungkin selama ini tidak terlihat karena terbentuk bias urban yang kuat sekali. Bias perkotaan kuat sekali," katanya.