Slawi, Gatra.com – Pembunuhan terhadap Rinaldi Harley Wismanu (33) yang mayatnya ditemukan termutilasi di apartemen Kalibata City, Jakarta ini, ternyata dilakukan oleh sepasang kekasih, Djumadil Al Fajri (26) dan Laeli Atik Supriyatin (27).
Ayah Laeli, Makmuri (60) dan ibu Laeli, Masliha (55) yang tinggal di RT01/03, Desa Kesuben, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah ini pun kaget serta tak menyangka anaknya ini menjadi pelaku pembunuhan sadis itu.
Makmuri mengaku pertama kali mendengar kabar jika anak keempatnya itu menjadi pelaku pembunuhan dan mutilasi dari salah satu kakak Laeli yang tinggal di Jakarta.
“Kakak-kakaknya pada telepon, ngasih tahu. Pada nangis semua. Saya juga kaget dan bingung. Saya nangis terus dengar berita ini,” katanya saat ditemui Gatra.com, Sabtu (19/9).
Menurut Makmuri, Laeli sudah dua tahun tidak pulang ke Tegal. Bahkan, keluarga terakhir kali kontak dengan anak keempat dari tujuh bersaudara itu 1,5 tahun lalu. Saat itu, Laeli mengatakan agar dirinya tidak usah dicari keberadaannya.
“Terakhir kontak sama mbakyunya Laeli bilang, udah saya tidak usah dicari. Setelah itu 1,5 tahun putus kontak. Nomornya sama sekali tidak bisa dihubungi. Tahu-tahu dengar kabar dia terlibat pembunuhan,” ungkapnya.
Makmuri mengungkapkan, keluarga sudah berupaya mencari keberadaan Laeli sejak putus kontak. Terakhir kali upaya pencarian itu dilakukan oleh Makmuri di Jakarta pada Iduladha lalu.
“Saya sudah berusaha nyari namanya orang tua, apa saja lah saya lakuin. Yang penting anak saya bisa pulang. Tapi ternyata tidak bisa. Karena tidak ada alamatnya jadi susah,” ucapnya.
Makmuri menuturkan, sebelum putus kontak, sikap Laeli sudah berubah terhadap keluarga. Padahal semasa bersekolah, Laeli merupakan sosok yang penurut kepada orang tua dan kakak-kakaknya. Dia pun menduga Laeli salah pergaulan hingga bisa melakukan pembunuhan sadis.
“Mungkin kalau dari kecil saya ceritain, saya tidak kuat. Itu nurutnya ya Allah. Mungkin kalau jaman sekarang, orang sekolah pakai tas, dia pakai kantong kresek waktu kelas 1 SD. Coba Bayangin. Susah betul. Dia pakai kantong kresek, nurut, enggak nangis, enggak apa. Makanya saya juga bingung tahu-tahu begini. Mungkin (berubah) karena pergaulan. Setelah bergaul dengan orang yang mungkin tidak karuan jadi begitu,” cerita dia sembari terisak.
Selain penurut, Makmuri mengatakan Laeli juga tergolong anak yang pintar dan rajin. Semasa bersekolah di SDN Kesuben, SMPN Lebaksiu dan SMAN 3 Slawi, Laeli selalu meraih prestasi di kelasnya. “Anaknya memang pintar. Dia selalu masuk rangking. Paling tidak masuk tiga besar,” ujarnya.
Lantaran tergolong siswa yang pintar, Laeli mampu diterima di Universitas Indonesia (UI) melalui jalur Bidikmisi. Usai lulus dari UI pada 2018, Laeli kemudian bekerja di salah satu perusahaan di kawasan industri Pulogadung, Jakarta Timur.
“Waktu kuliah juga masih wajar-wajar saja. Siang kuliah, malamnya ngelesin buat tambah-tambah. Mungkin pas mau atau sudah kerja pengaruh pergaulan jadi berubah,” ucapnya.
Makmuri pun pasrah dengan kasus yang kini menjerat Laeli. Meski demikian, dia berharap masih bisa bertemu dengan sang anak.
"Saya pasrah saja, udah begini mau bagaimana, udah kejadian. Tapi kalau memang diberi kesempatan ketemu, mau. Orang itu anak saya, masih hidup. Jadi pengin ketemu walaupun sekali. Namanya anak. Diapa-apain juga anak saya," tuturnya.