Bantul, Gatra.com - Asosiasi lurah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menyatakan penanganan bencana gempa bumi 2006 silam masih lebih enak dibanding pagebluk Covid-19. Lurah pun diminta tidak kendor membantu penanganan wabah.
Hal itu mengemuka saat Pemerintah Kabupaten Bantul memberi apresiasi pada 75 desa di Bantul, Rabu (16/9). Apresiasi itu atas dedikasi desa-desa tersebut dalam menangani Covid-19, di berbagai bidang, seperti kesehatan, bantuan, masalah sosial, sampai perekonomian desa.
"Terus terang, kami menilai penanganan bencana gempa dulu lebih enak dibanding pandemi sekarang. Penanganan Covid-19, kami berkorban bondo (harta), bahu (sawah), pikir, lan nyowo (dan nyawa)," kata Ketua Umum Asosiasi Perangkat Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Bantul, Ani Widayani, kepada Gatra.com.
Mewakili rekan-rekannya, Ani bercerita soal penanganan kerusakan fisik dampak gempa. Menurutnya, bantuan dari banyak pihak dan daerah lain lebih mudah didapatkan. Kondisi itu berbeda dengan sekarang saat satu dunia terdampak pagebluk.
Dalam menyalurkan bantuan sosial (bansos) dan bantuan langsung tunai (BLT) Covid-19, lurah terkadang sampai harus mengeluarkan biaya sendiri untuk meredam emosi warga yang tak mendapat bantuan.
"Ini belum lagi dengan pergeseran anggaran APBDes yang setahun ini terjadi empat kali dan diprioritaskan penuh pada penanganan Covid-19. Desa sekarang ini tidak memiliki program kerja lagi," ujar Lurah Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, ini.
Karena itulah, kendati hanya berupa piagam dan kain batik, Ani menilai penghargaan dari Bupati Bantul ini wujud apresiasi yang besar terhadap kinerja lurah di garda depan penanganan Covid-19. "Saya kira baru Bantul yang pertama kali mengapresiasi kerja lurah selama pandemi ini di Indonesia," ujarnya.
Ani juga yakin, penghargaan ini sama sekali tak berhubungan dengan politik meski diberikan di masa pilkada. Pasalnya, selain kain batik itu sumbangan Bupati Suharsono, Wakil Bupati Abdul Halim Muslih juga hadir di acara ini. Dua petahana ini mencalonkan diri sebagai bupati di Pilkada Bantul 2020.
Lurah Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Wahyudi Anggoro Hadi, juga mengapresiasi langkah Pemkab Bantul ini. Menurutnya, tantangan akan semakin berat karena kapan akhir pandemi belum diketahui.
"Masyarakat sudah banyak yang mengerti apa yang harus dilakukan untuk membendung penularan Covid-19. Namun yang terpenting sekarang hingga ke depan adalah menghidupkan perekonomian masyarakat desa," katanya.
Dengan kondisi ekonomi yang babak belur, desa bisa mengambil peluang karena memiliki sumber daya manusia dan alam. Saat ini menjadi momentum pemerintah dan pemerintah desa memperbesar peluang itu.
Bupati Suharsono menyatakan apresiasi ini sekaligus menasbihkan lurah sebagai bagian penting dari pemerintah daerah dalam menanggulangi Covid-19. "Desa melalui lurahnya bersentuhan langsung dengan masyarakat. Mereka berkontribusi tinggi, terutama dalam pemanfaatan potensi APBDes maupun lembaga sosial," ujarnya.
Menurut Suharsono, salah satu peran penting lurah adalah menyediakan shelter bagi pendatang yang menjalani isolasi mandiri. Penyediaan tempat khusus ini menghilangkan keresahan masyarakat.
"Apresiasi ini tidak ada kaitan politik sama sekali. Ini murni apresiasi pemda terhadap lurah. Kami meminta ke depan semangat yang sama jangan sampai kendor. Pandemi masih belum berakhir," ucapnya.