Home Internasional Mulai Bugar Usai Pelonggaran

Mulai Bugar Usai Pelonggaran

Pemulihan aktivitas sosial meski masih diancam pandemi, memicu perbaikan kinerja sektor manufaktur Cina. Begitu juga Amerika Serikat. Manufaktur berada di fase ekspansif. 


Yang pertama kali babak belur, tetapi juga yang juara satu bangkit dari koma. Begitu gambaran perekonomian Cina menghadapi pandemi Covid-19 dibandingkan negara lain. Di saat ekonomi negara lain rusak dihantam pandemi Covid-19, Agustus lalu kondisi Cina sudah bergairah.

Secara tahunan (year on year/yoy), ekonomi negeri tirai bambu ini tumbuh 3,2% pada kuartal II 2020. Ini rapor yang menggembirakan. Pasalnya, pada kuartal I 2020, ekonomi Cina amblas hingga minus 6,8% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy).

Kebangkitan ekonomi Cina terlihat dari indeks manufaktur (Purchasing Managers" Index/PMI). Biro Statistik Nasional Cina mencatat, PMI manufaktur pada Agustus berada di level 51. Memang turun tipis dibandingkan PMI Juli, yaitu 51,1. Angka ini meleset dari ekspektasi para analis dalam jajak pendapat Reuters, yang memperkirakan PMI Agustus di level 51,2.

Meski demikian, kinerja manufaktur Cina tergolong baik. PMI di atas 50 mengindikasikan adanya ekspansi. Jika angkanya di bawah 50, itu merupakan sinyal kontraksi. PMI manufaktur adalah indikator dalam mengukur perkembangan perekonomian dari sektor industri. Indeks ini mencerminkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur.

Pejabat senior Biro Statistik Nasional Cina, Zhao Qinghe, menyebut bahwa permintaan mulai bergerak maju. Ekspor produk-produk farmasi, mesin, dan peralatan listrik bergerak cepat pada Agustus lalu, dibandingkan Juli 2020.

Sektor manufaktur Cina memang sempat terpukul berat di awal tahun. Kala itu, pabrik-pabrik ditutup karena kebijakan karantina wilayah (lockdown) skala besar yang diterapkan demi mengadang penyebaran wabah. Kebijakan internal mereka ini, turut mengganggu rantai pasok dunia. 

Maklum, negara dengan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS) ini merupakan pemasok utama kebutuhan berbagai industri. Apalagi Kota Wuhan yang merupakan pusat industri Cina, merupakan lokasi kasus pertama Covid-19. Ketika aktivitas sosial dan ekonomi di Wuhan disetop, pabrik-pabrik negera lain pun berhenti beroperasi.

Lalu pada Februari, Cina mulai membuka aktivitas pabrik-pabrik secara perlahan. Di bulan tersebut, PMI manufaktur Cina tersungkur di level terendah, 35,7. Merosot tajam dari indeks Januari, di angka 50. Seiring pemulihan ekonomi maupun kesehatan, pada Agustus lalu Cina memperluas aktivitas manufakturnya.

Di pasar tenaga kerja, angka pengangguran turun menjadi 5,6% pada Agutus bila dibandingkan Juli, yaitu 5,7%. Namun indikator ini tidak menggambarkan kondisi utuh tingkat pengangguran karena hanya memotret segmen tertentu di perkotaan. Statistik ini belum memasukkan kondisi para pekerja migran.

Manufaktur menjadi sektor yang menguat paling cepat. Pemulihan ini turut didorong oleh stimulus yang diberikan pemerintah Cina dalam memacu investasi dan penguatan ekspor. Selain itu, kinerja manufaktur bisa stabil lantaran ditolong oleh permintaan domestik yang mengimbangi penurunan dari sisi ekspor. 

Permintaan ekspor masih lesu lantaran negara-negara tujuan eskpor pun sedang bekerja keras menanggulangi pandemi. "Permintaan pasar luar negeri bakal bergerak lambat. Cina akan lebih mengandalkan permintaan domestik untuk menopang pertumbuhan ekonominya," ujar Kepala Ekonomi ING, Iris Pang, seperti dikutip dari Associated Press.

***

Strategi perubahan orietasi di masa pandemi ini, sejalan dengan rencana Presiden Cina, Xi Jinping, dalam mereformasi pembangunan ekonomi Cina, yang disebut dual circulation. Momentum yang pas untuk mengakselerasi kebijakan dual circulation, lantaran tensi geopolitik dengan AS tak juga mereda. Perang dagang antara dua raksasa, entah kapan berakhir. Ditambah lagi, negara-negara sekutu AS turut mengusik posisi Cina di panggung ekonomi global.

Konsep reformasi ini dikenalkan Mei lalu, saat Xi berbicara tentang potensi pasar domestik mereka yang superbesar. Bahkan sebelum pandemi menyerang, para ahli di sana sudah memperingatkan bahwa mengandalkan ekspor sebagai penggenjot utama pertumbuhan, bukanlah strategi berkelanjutan untuk jangka waktu panjang.

Xi menekankan, Cina tidak akan menutup pintu dari aktivitas dagang global. Hanya saja, mereka akan mulai memfokuskan diri pada peningkatan konsumsi domestik. Ia menambahkan, bahwa dual circulation merupakan ikhtiar membuat ekonomi Cina lebih mandiri. Selain pengembangan teknologi dan investasi asing, konsumsi domestik diharapkan sebagai pendorong utama pertumbuhan.

Namun, belum diketahui bagaimana metode spesifik dan kapan reformasi dieksekusi. Pemerintah sedang menggodok rancangan lima tahunan, yang akan menjadi peta kunci ekonomi dan politik 2021-2025. Dual circulation diharapkan akan dibicarakan pada rancangan pembangunan tersebut.

Lalu bagaimana dengan kinerja manufaktur Amerika Serikat sebagai negara yang juga ekonominya paling besar di dunia? PMI AS meningkat ke level 56 pada Agustus lalu, naik dari 54,2 pada bulan Juli kemarin. Ini menunjukkan sinyal positif setelah PMI manufaktur AS sempat keok April lalu di level 39,6.

Pemicunya jebloknya PMI kala itu, antara lain permintaan domestik dan impor merosot gara-gara kebijakan pembatasan aktivitas. Pabrik-pabrik menyetop operasi dan warga diminta tinggal di rumah. Setelah ada pelonggaran dan pembukaan kembali aktivitas ekonomi, indeks manufaktur perlahan membaik.

Putri Kartika Utami


 

PMI Manufaktur Cina Selama Pandemi Covid-19

 

Januari 50

Februari 35,7

Maret 52

April 50,8

Mei 50,6

Juni 50,9

Juli 51,1

Agustus 51

Sumber: Biro Statistik Nasional Cina