Sleman, Gatra.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, melacak penularan Covid-19 pada sekitar seratus orang dari klaster Pasar Cebongan, Sleman. Usai diketahui dari pedagang dan penjaga toilet, sedikitnya 19 orang terkonfirmasi positif Covid-19 di klaster tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo, mengatakan, pelacakan ke 98-100 orang tersebut melalui tes usap PCR dan tes cepat. Sejak diumumkan dua orang positif di pasar tersebut, Sabtu (12/9), sedikitnya 19 orang dinyatakan terjangkit Covid-19 kemarin, Senin (14/9).
“Tracing memang cukup besar. Untuk mereka yang rapid test dengan hasil reaktif langsung dilakukan swab. Hari ini sementara belum ada penambahan kasus yang klaster Pasar Cebongan,” kata dia saat dihubungi, Selasa (15/9).
Joko mengatakan, pelacakan dilakukan pada pedagang dan keluarga dari warga yang positif Covid-19 sebelumnya. “Tracing masih dilanjutkan, belum selesai. Kami kembangkan baik keluarga maupun pedagang yang lain,” katanya.
Menurut Joko, klaster ini muncul setelah dua orang di Pasar Cebongan terkonfirmasi positif Covid-19. Salah satunya pedagang, satunya lagi penjaga toilet pasar yang berjualan minuman. Setelah dilacak, Covid-19 ternyata ditemukan pada pedagang lain dan anggota keluarga mereka.
Dari 19 orang positif Covid-19 itu, enam orang di antaranya pedagang. Selebihnya adalah anggota keluarga mereka. “Sebagian besar memang anggota keluarga. Untuk sumber awal belum diketahui,” ucapnya.
Selama dua hari ini, sebanyak 49 orang telah menjalani tes usap. "Tinggal nunggu hasil yang diambil kemarin dan hari ini, sekitar 49 orang," ujar Joko.
Pasar Cebongan pun ditutup selama tiga hari mulai Selasa (15/9) ini untuk dibersihkan. Seluruh bangunan, lapak pedagang, dan lingkungan pasar disemprot disinfektan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, Mae Rusni Suryaningsih, mengatakan, klaster Covid-19 di Pasar Cebongan ini diduga muncul karena mobilitas warga pasar yang tinggi. Banyak orang dari berbagai wilayah bertemu di pasar ini, sehingga meningkatkan risiko penyebaran Covid-19.
“Mobilitasnya sangat tinggi, baik pedagang, pembeli, maupun supplier. Supplier sudah kami wajibkan memiliki surat sehat, tapi tidak tahu jika dalam perjalanan terjadi penularan,” ucapnya.