Temanggung, Gatra.com - Rendahnya harga dan serapan tembakau membuat petani tembakau di Kabupaten Temanggung frustrasi, sebab mereka terancam merugi dan menjadi beban berat setelah ekonomi ambruk akibat badai pandemi Covid-19. Pemerintah Kabupaten Temanggung kembali mendesak pabrikan rokok agar menyerap tembakau hasil panen petani sampai habis dengan harga layak.
Bupati Muhammad Al Khadziq dan Wakil Bupati Hery Ibnu Wibowo kembali turun ke gudang-gudang perwakilan PT Gudang Garam dan PT Djarum. Keduanya memastikan agar pembelian tembakau Temanggung oleh pabrikan dipercepat penyerapannya.
"Karena sampai saat ini hasil panen masih banyak menumpuk di petani, pengepul, dan pedagang karena arus pembelian oleh pabrikan masih belum optimal, serta tidak berimbang dengan volume hasil panen. Kami minta perwakilan pabrik untuk mempercepat penyerapan atau pembelian tembakau asli Temanggung," katanya Senin malam (14/9).
Khadziq meminta kepada pabrik untuk mengerti dan memahami kesulitan yang sedang dihadapi masyarakat pertembakauan, di mana ekonomi sedang sulit dan cuaca di awal masa panen kurang baik.
Pihak pabrik diminta agar jangan terlalu ketat dalam menentukan grade dan kualitas tembakau. Hal ini supaya tembakau asli Temanggung hasil panen petani yang menjadi bahan baku utama rokok, dapat terserap habis dan diberikan harga terbaik sesuai kualitas.
"Menanggapi permintaan Pemerintah Kabupaten, dari perwakilan PT Gudang Garam mengatakan akan tetap melakukan pembelian tembakau asli Temanggung. Sedangkan beberapa grader PT Djarum menyatakan siap memperlancar arus pembelian sesuai dengan kuota yang ditetapkan pabrik. Namun pabrik tetap berharap ketika nantinya ada kelancaran pembelian tembakau, agar yang digarap oleh petani benar-benar tembakau asli Temanggung dan tidak dicampur-campur dengan elemen lain," katanya.
Perwakilan PT Gudang Garam di Temanggung Tjin Tjong Giong menuturkan, bahwa pihaknya tetap akan melakukan pembelian. Hanya saja yang dibeli adalah tembakau asli Temanggung. Hal tersebut sesuai standar yang telah ditentukan dan tentunya untuk kualitas rokok Gudang Garam sendiri.
Secara khusus Bupati Khadziq juga telah beromunikasi dengan pihak pabrikan, baik PT Gudang Garam maupun PT Djarum melalui sambungan telepon.
Kepada Direktur Pembelian PT Djarum Sutanto, Bupati menanyakan kenapa pembelian dari PT Djarum "seret" (lambat). Dari pengamatannya di lapangan banyak tembakau menumpuk di grader karena penyerapan ke mess PT Djarum lambat maka harga menjadi jatuh, padahal soal ekonomi soal perut bagi petani sulit untuk terus bersabar.
Sementara Sutanto mengatakan, grader memang menerapkan kehati-hatian karena untuk mempertahankan kualitas. Grade saat ini hanya dijadikan patokan tidak untuk menentukan harga dan saat ini sudah mulai masuk grade D. Harga grade D bisa Rp70.000 atau Rp80.000, tapi yang kurang baik Rp60.000 per kilogram.
"Saya ngerti sekali, pasti kita beli banyak tapi syaratnya yang asli yang baik, kita juga berpatokan kepada petani kemitraan. Minggu ini standarnya kita ambil, karena menurut kemitraan kita sudah saatnya daun diproses dirajang. Jangan khawatir kita pasti akan beli sampai habis, sabar-sabar yang penting petani fokus ngerjain tembakau dan kita juga hati-hati jangan sampai ada yang kena Covid," katanya.
Direktur Umum PT Gudang Garam Kediri, Susanto menuturkan, dampak pandemi Covid-19 membuat hampir semua perusahaan mengalami kesulitan. Namun untuk kelambatan penyerapan ia menampiknya, tapi diakuinya jika pada musim panen raya tahun 2020 ada penurunan kuota sebab penjualan juga menurun.
"Mungkin nanti saya bisa memberi masukan kepada perwakilan di Temanggung, supaya mungkin bisa dipercepat atau ada langkah-langkah lain. Semua kondisinya memang serba sulit, kami perusahaan mengandalkan dari jualan rokok sedangkan daya beli masyarakat sekarang rendah,"katanya.
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Temanggung, Yamuhadi mengatakan, sampai saat ini penjualan memang terasa lambat.
Diakuinya dampak Covid-19 memang sangat luar biasa menghantam industri tembakau. Soal harga yang hanya dikisaran Rp50.000-Rp60.000 per kilogram sangat dikeluhkan petani karena belum bisa menutup biaya tanam, maka jika dua pabrikan besar, yakni PT Djarum dan PT Gudang Garam membeli dengan baik maka harga akan terkerek naik.