Bantul, Gatra.com - Petani lahan pasir di pesisir selatan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar lelang perdana cabai merah panenan pertama mereka. Dua ton cabai yang terkumpul dari 70 petani pun terjual.
Akibat rusaknya tempat lelang Sub Terminal Agribisnis (STA), kelompok petani 'Pasir Makmur', Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Bantul, menggelar lelang cabai merah di rumah ketuanya, Sumarna, Senin (14/9) siang.
"Ini adalah lelang perdana di awal musim panen cabai tahun ini. Lelang akan berlangsung empat sampai dua hari sekali sampai Desember nanti," kata Sumarna kepada Gatra.com.
Ia bercerita, lelang cabai pertama kali diadakan 2013 silam. Lelang berlangsung selama musim panen cabai setahun sekali. Selama ini, pembeli berasal dari Bantul, namun hasil lelang dikirim ke berbagai kota besar di Indonesia.
Selama musim panen cabai, lelang semula digelar empat hari sekali. Di puncak musim, lelang berlangsung dua hari sekali. Dibuka di siang hari, proses lelang dimulai dengan masuknya cabai merah dari petani. Berat cabai setiap setoran dicatat oleh juru catat.
Dari cabai yang sudah terkumpul, pembeli lalu melihat kualitas panenan untuk mengukur harga. Mereka lantas mengisi harga penawaran di kertas dan dimasukkan ke kotak penawaran.
Ditutup pukul 16.00 WIB, lima belas menit sebelumnya proses lelang dimulai dengan membacakan seluruh harga penawaran yang masuk. Penawar tertinggi menjadi pemenangnya.
"Hari ini penawaran tertinggi berasal dari Ibu Tumijan sebesar Rp13.000 per kilogram. Ini adalah tawaran tertinggi dari enam penawar yang masuk," ujar Sumarna.
Menurutnya, lelang ini memang bertujuan untuk mendapat harga tertinggi bagi petani. Dengan satu harga, petani tidak lagi dipermainkan oleh pembeli yang beragam.
Dari total pembelian, petani mendapat harga sesuai penawaran dan mereka diminta sukarela mengisi uang kas kelompok. Selain tempat lelang yang tidak memadai karena berada di teras rumah, petani terkendala listrik untuk penyiraman tanaman cabai.
"Selama ini jaringan listrik diambil dari rumah terdekat yang terkadang berjarak 500 meter dari lahan. Kami sudah memohon kepad PLN untuk dibantu, namun belum ada kabar," kata Sumarna mewakili anggota kelompoknya.
Pemenang lelang, Tumijan, mengungkap alasannya berani menawar dengan harga tertinggi, yakni Rp13 ribu per kilogram.
"Sekarang harga pasaran di pasar Rp14 ribu per kilogram. Saya sudah mendapatkan pembeli dengan harga sesuai. Jadi berani memberi harga tinggi," ucap dia yang tiap tahun ikut lelang.
Menurut Tumijan, produk cabai lahan pasir ini unggul karena memiliki kesegaran yang tahan lama. Cabai juga tidak mudah busuk karena kadar airnya rendah yang berbeda dengan panenan di areal sawah.
Dengan keunggulan ini, produk cabai lahan pasir memiliki pasar yang lebih luas. Tidak hanya ke Jakarta, beberapa kali dia sempat mengirim cabai ke Lampung dan Medan.
Usai mengikuti panen perdana, Bupati Bantul Suharsono berjanji akan membantu petani mendapatkan aliran listrik dengan menghubungi PLN. Dirinya juga membantu Rp10 juta untuk renovasi tempat lelang.
"Sistem lelang sangat bagus karena petani mendapat harga lebih tinggi dibanding penjualan sendiri. Ini akan saya tularkan ke berbagai komoditas lain seperti bawang merah," kata Suharsono.