Bantul, Gatra.com - Suparno, warga Karangmojo, Trirenggo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berhasil mengolah cangkang telur menjadi karya seni bernilai tinggi. Limbah rumah tangga itu diolah menjadi kaligrafi dan wayang sebagai hiasan rumah.
Suparno berkisah ide menjadikan cangkang telur sebagai kerajinan tangan dimulai sejak sepuluh tahun lalu. "Awalnya coba-coba usai melihat video daur ulang cangkang telur yang dibuang. Ternyata banyak yang berminat," kata dia saat ditemui Gatra.com di sanggar seninya, 'Tonk Craft', Jumat (11/9).
Berbekal keahlian membuat kerajinan bambu, Suparno semula hanya membuat kaligrafi dan berbagai barang seperti tempat tisu, tempat lilin, tempat pensil, tempat perhiasan, celengan, hingga baki.
Kerajinan itu dikerjakan secara manual dengan tangannya, sehingga butuh waktu lama memproduksinya. Selain menyiapkan bahan baku, ia dan tiga pekerjanya harus menempel cangkang telur, menempel semen, mengamplas, hingga mewarnai sampai tahap akhir.
Dipasarkan dari rumah ke rumah, di pameran dan sekarang via daring, kerajinan karya Suparno bukan hanya berbahan cangkang telur, tapi juga pasir, lem tembak, dan kertas prada. Produknya pun tak hanya kaligrafi, melainkan juga gambar wajah siluet, papan informasi, dan kreasi lain.
"Produk turunan ini adalah hasil dari inovasi demi mencari peluang pasar," katanya.
Berbagai karya Suparno dijual dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Karya wajah siluet ukuran 40x50 centimeter, misalnya, dibanderol Rp250 ribu. Sementara kaligrafi mulai Rp35 ribu untuk ukuran kecil sampai Rp1 juta untuk ukuran jumbo.
"Tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. Misalnya kaligrafi ukuran 50x70 centimeter ini harganya Rp500 ribu. Pemesanan online juga dari Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Lampung, dan Medan," ujar Suparno.
Menurutnya, kerajinan wayang timbul paling sulit dibuat karena memiliki lekukan-lekukan. Selama pandemi, Suparno menyebut pesanan tidak menurun, yakni 7-10 buah per bulan. Pemesanan untuk mahar pernikahan bahkan meningkat, terutama dari warga Bantul.