Bandung, Gatra.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB) belum bisa memastikan apakah penyebab kebakaran di lereng Gunung Tangkuban Perahu berasal dari gas alam seperti yang disangkakan pihak Perhutani.
Diketahui, area seluas 5.000 meter persegi di lereng gunung Tangkuban Perahu terbakar pada Selasa (8/9) sore. Beruntung kebakaran bisa langsung dipadamkan pada pukul 20.30 WIB.
Perhutani menduga kebakaran itu akibat gas alam karena di lokasi tercium bau belerang. Ditambah, lokasi kebakaran jauh dari jalur pendakian dan aktivitas manusia lainnya.
Terkait itu, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada PVMBG Nia Haerani, mengungkapkan pihaknya belum bisa memastikan bahwa kebakaran akibat gas bumi. Pasalnya, aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini terpantau masih normal.
Aktivitas kawah gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Subang itu hanya terkonsentrasi di tiga kawah utama, yakni Kawah Ratu, Domas, dan Upas.
"Dugaan gas bumi jadi penyebab kebakaran itu belum bisa dipastikan. Karena aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih normal, tidak ada indikasi kenaikan gempa vulkanik," ungkap Nia saat dihubungi, Rabu (9/9).
Jika melihat hembusan gas alam dari rekahan di sekitar lokasi kebakaran, dirinya menduga gas tersebut berasal dari aktivitas permukaan bukan dari aktivitas dalam bumi.
"Kalau dilihat laporannya, dugaan awal itu aktivitas permukaan. Kalau ada gas dari bumi itu kan butuh suhu yang sangat tinggi, sementara dari Tangkuban Parahu pun tidak ada kenaikan aktivitas," jelasnya.
Pihaknya belum bisa melakukan pemeriksaan gas alam tersebut sebab belum ada pengajuan dari pemerintah daerah atau pihak terkait.
"Rencana mengirimkan tim harus koordinasi dulu dengan pimpinan, karena belum ada juga permohonan pemeriksaan dari pihak terkait," pungkasnya