Home Internasional Menunggu Pengganti Abe

Menunggu Pengganti Abe

Pengunduran diri Perdana Menteri Shinzo Abe karena alasan kesehatan, memicu perebutan posisi yang ditinggalkan. Memanaskan persaingan kursi pemimpin partai penguasa. Salah satu kandidat kuat, seorang politisi mandiri dari luar tradisi politik kekerabatan di Jepang.


Mengakhiri spekulasi panjang, Perdana Menteri Shinzo Abe pun mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya pada Jumat pekan lalu. Hari itu juga ia meninggalkan Tokyo, yang langsung berjuang melakukan transisi ke era pasca-Abe.

Meski mengundurkan diri, Abe sebenarnya telah menjadi perdana menteri terlama yang pernah menjabat di Jepang dan tak menghadapi gangguan politik apa pun. Kondisi kesehatannya mulai diawasi secara ketat, setelah hasil pemeriksaan medis dari Rumah Sakit Universitas Keio di Tokyo keluar pada 17 Agustus lalu.

Sepekan kemudian, pemeriksaan lanjutan dilakukan, lalu berujung pada keputusan mundur tersebut. "Dengan penyakit dan segala macam pengobatan, belum lagi kekuatan saya bukan dalam kondisi terbaik, saya tidak bisa membiarkan diri saya mengambil risiko membuat keputusan politik yang salah, sehingga gagal membuahkan hasil," ujar Abe. 

"Saya berniat mundur sebagai perdana menteri," ucap Abe lagi. Namun ia tak pernah bilang akan pensiun dari dunia yang sudah membesarkannya. Ia berjanji melanjutkan karir politiknya sebagai anggota parlemen.

Peta politik Jepang pun kini beralih ke siapa yang akan menggantikan Abe dan kapan. Japan Times melaporkan, belakangan ini Jepang memang sedang tegang karena merebaknya kabar buruk kesehatan pria kelahiran Tokyo, 21 September 1954 itu. 

Abe diketahui mengidap kolitis ulseratif kronis atau peradangan pada usus besar (kolon), yang menyebabkan tinja bercampur dengan darah. Ia mengatakan, akan tetap menjabat PM sampai penggantinya dipilih. Partai pengusungnya, Partai Demokrat Liberal (Liberal Democratic Party/LDP) berencana mengadakan pemilihan pemimpin partai pada akhir September.

Partai konservatif ini adalah pemegang suara mayoritas di Majelis Rendah yang punya kekuasaan besar. Dengan demikian, siapa pun yang menjadi pemimpin LDP hampir bisa dipastikan otomatis menjadi perdana menteri.

Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga, mengumumkan pada Rabu, 2 September 2020, bahwa ia maju sebagai calon Ketua Partai LDP. Sekutu lama Abe itu, menyatakan kepada awak media bahwa ia memasuki kontes kepemimpinan untuk menghindari kekosongan politik di saat krisis seperti sekarang ini. "Keputusan ini datang setelah saya berpikir mendalam tentang apa yang dapat saya lakukan sebagai politisi dan anggota pemerintahan Abe," ujar pria 71 tahun itu, dilansir Al Jazeera.

Pesaing utamanya dalam pemilihan ketua partai pada 14 September mendatang, yaitu mantan Menteri Pertahanan, Shigeru Ishiba, dan mantan Menteri Luar Negeri, Fumio Kishida. Tidak ada pesaing perempuan dalam perebutan kekuasaan kali ini. Siapa pun nanti yang menang, ia bertanggung jawab menyelesaikan sisa masa jabatan Abe, hingga September 2021. 

Sebelum berita pengunduran diri Abe tersiar, Sekretaris Jenderal LDP, Toshihiro Nikai, mengatakan kepada TBS TV bahwa Suga merupakan kandidat kuat untuk menggantikan Abe. "Ia memiliki kemampuan yang hebat," ucapnya. Nikai juga menyebut nama Kishida yang menjabat Kepala Kebijakan LDP dan Ishiba dengan posisi Sekretaris Jenderal LDP, sebagai calon pesaing.

Partai tersebut memutuskan pada Selasa, 1 September 2020, untuk mengadakan pemungutan suara kepemimpinan dalam skala kecil, yang tidak akan melibatkan anggota partai level bawah. Hanya legislator dan tiga perwakilan dari masing-masing 47 prefektur di negara itu yang akan memberikan suara. Ini diyakini menjadi keuntungan bagi Suga, sebab ia didukung oleh lima dari tujuh faksi LDP.

Di sisi lain, Ishiba tidak terlihat populer di kalangan legislator LDP karena sikap anti-Abe-nya. Namun ia menjadi favorit dalam jajak pendapat publik. Adapun Kishida, di masa lalu difavoritkan sebagai penerus Abe. Namun Abe telah memberikan pernyataan bahwa ia tidak akan mendukung seorang kandidat secara khusus. Dengan demikian, portofolio Kishida yang terbatas, kemungkinan akan membuatnya harus berjuang keras dalam menantang Suga.

"Pemilihannya makin terjamin, karena faksi LDP telah berbaris di belakang Suga dan siap mendukungnya. Pengecualian pada faksi yang dipimpin oleh kandidat saingan Shigeru Ishiba dan Fumio Kishida," tulis Analis Isu Jepang pada Kantor Konsultan Teneo, Tobias Harris.

***

Dalam survei Kyodo pada akhir Agustus, 23,3% responden mengatakan Ishiba harus menjadi perdana menteri berikutnya. Sebanyak 11% mengatakan Abe harus tetap menjabat PM. Ada 8,4% suara merekomendasikan Menteri Lingkungan Hidup Shinjiro Koizumi, 7,9% mendukung Menteri Pertahanan Taro Kono, dan 2,8% mendukung Kishida.

"Jika saya mendapat dukungan dari 20 orang [jumlah yang diperlukan untuk mencalonkan diri sebagai presiden partai], saya akan melakukan apa yang perlu saya lakukan. Saya akan memutuskan dalam waktu yang tidak terlalu lama," tutur Ishiba.

Adapun Kishida telah lama dianggap sebagai calon perdana menteri dan menikmati banyak dukungan partai, tetapi tidak begitu populer di kalangan publik atau cabang LDP, dan mungkin kesulitan mendapatkan cukup suara untuk menang. "Saya ingin melakukan yang terbaik untuk negara dan rakyat," kata Kishida kepada wartawan.

Menteri Luar Negeri, Toshimitsu Motegi, mengatakan bahwa ia akan mengadakan diskusi dengan anggota fraksinya. Koizumi, putra mantan Perdana Menteri Junichiro Koizumi, diyakini kurang mendapat dukungan partai yang diperlukan.

"Saya akan mempertahankan dan mendorong kebijakan stimulus Abenomics," Suga berjanji dalam konferensi persnya. Putra dari petani stroberi di prefektur utara Akita itu, merupakan seorang politisi mandiri. Pencapaian yang sangat jarang terjadi dalam bisnis politik turun-temurun di Jepang. Suga membiayai sekolahnya sendiri sambil bekerja paruh waktu. Ini berlangsung sampai ia lulus kuliah dari salah satu universitas di Tokyo. 

Suga masuk ke dunia politik sebagai sekretaris seorang anggota DPR Jepang. Karier ini ia jalani selama 11 tahun. Setelah itu, ia menjabat sebagai anggota dewan kota selama sembilan tahun. Pada 1994, ia sukses terpilih menjadi anggota parlemen. 

Sebagai Kepala Sekretaris Kabinet terlama di Jepang, Suga merupakan koordinator kebijakan dan penasihat utama Abe. Ia berada di balik kekuasaan terpusat Kantor Perdana Menteri yang memengaruhi birokrat untuk mengimplementasikan kebijakan. 

Suga telah menjadi pendukung setia Abe sejak periode pertamanya sebagai PM pada 2006-2007. Kala itu Abe sempat mundur pula karena penyakitnya. Belakangan, Abe memenangi pemilihan PM pada 2012 berkat dukungan Suga.

Ditanya tentang kebijakan utama yang harus ditangani oleh pemerintah pasca-Abe, Suga menegaskan bahwa penanganan pandemi Covid-19 merupakan tantangan terbesar. Selain itu, ia menilai aliansi keamanan Jepang-AS yang dikembangkan melalui persahabatan antara Abe dan Presiden Donald Trump, perlu diperdalam.

Dua pesaing lainnya, Kishida dan Ishiba, mengatakan bahwa kebijakan Abe cenderung mengabaikan suara rakyat. Mereka bermaksud mengatasi perpecahan ekonomi dan sosial yang telah meluas di bawah Abe. Terkait kebijakan keamanan dan diplomatik, keduanya tidak melempar ide perubahan besar.

Pengganti Abe nanti juga harus bergulat dengan Olimpiade Tokyo, yang telah ditunda hingga musim panas mendatang. Begitu juga langkah menetapkan kebijakan keamanan Jepang dalam menghadapi Cina yang makin garang, serta memantau hasil pemilihan presiden AS selaku sekutu utama Jepang.

"Saya pikir, Jepang akan menghadapi tantangan yang sangat sulit. Tidak ada kebijakan yang mudah untuk ditangani," ujar Profesor Ilmu Politik di Universitas Waseda Tokyo, Mieko Nakabayashi. Ia mengacu pada pandemi virus corona, kondisi ekonomi yang rapuh, dan hubungan keamanan yang tegang dengan negara-negara tetangga.

Flora Libra Yanti