Jakarta, Gatra.com - Tokoh Entrepreneur Nasional, Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Bahkan, telah banyak UMKM yang gulung tikar akibat pandemi ini.
Menurutnya, para pelaku UMKM mestinya mampu mengatasi pandemi ini dan berkolaborasi bersama usaha lain.
Dua usaha berbeda dapat melengkapi kelemahan satu sama lain. Bahkan bisa memunculkan inovasi baru, membangun network, memangkas biaya bisnis, hingga mencari solusi bersama.
"Dari kolaborasi juga bisa belajar banyak hal baru dari mitra yang bisa meningkatkan kemampuan usaha kita dan menambah value,"katanya dalam acara webinar Indonesian Young Entrepreneurship Summit, Sabtu (5/9).
Ia menegaskan, UMKM merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Bahkan, penyerapan tenaga kerjanya mencapai 97% dengan kontribusi terhadap PDB Nasional mencapai 60%.
"Namun, hanya tiga dari sepuluh orang yang menjadi pengusaha. Selain itu, Kolaborasi usaha juga sangat penting bagi pengembangan usaha," ucapnya.
Sandi menambahkan, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam membentuk kolaborasi yang tepat di situasi new normal saat ini. Salah satunya yakni memperhatikan cakupan dan durasi, serta harus sesuai target.
Selain itu, penting pula untuk memperhatikan tren konsumen yang sangat dinamis dan berubah-ubah secara cepat. Selanjutnya, maksimalkan digital marketing untuk menggaungkan kolaborasi. Terakhir, perlu juga ditinjau melalui monitoring dan evaluasi dari kolaborasi yang dilakukan.
" Kuncinya kita harus bisa beradaptasi dengan hasil outcome dan performa dari kolaborasi untuk menentukan berhenti atau lanjut," kata Sandi.
Sandi juga menuturkan, ada tiga tips bagi UMKM agar dapat bertahan di tengah pandemi Covid-19. Pertama, melakukan pivot atau mengubah model bisnis namun tetap berpijak pada visi bisnis yang dimiliki.
"Satu, pivot. Kita ubah strategi dan model bisnis kita. Misalnya mengubah sistem penjualan menjadi pre-order. Dengan begitu UMKM akan menerima uang tunai terlebih dahulu untuk biaya produksi," ujarnya.
Kedua, perketat manajemen keuangan UMKM. Hal ini disebut Sandi bisa menurunkan biaya produksi, hingga menekan pengeluaran yang dinilai kurang menguntungkan.
"Dengan pengelolaan keuangan yang ketat ini, risikonya juga turun. Akhirnya ongkosnya juga turun, harga jualnya juga bisa turun sehingga mudah-mudahan bisa mendapatkan kesetiaan pelanggan," tuturnya.
Ketiga, membangun jejaring komunitas untuk dapat bertahan. Terlebih, saat ini pemerintah sedang menggalakkan program bangga buatan Indonesia. Hal ini bisa menjadi peluang pasar yang sangat besar bagi UMKM.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi XI DPR RI, Kamrussamad mengatakan, dirinya telah menerima sekitar 300.000 laporan dari pelaku UMKM terdampak pandemi Covid-19.
Bahkan, berdasarkan hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) menunjukkan adanya penurunan penjualan UMKM. Oleh karena itu, Kamrussamad terus mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar benar-benar tepat sasaran serta dapat membantu UMKM untuk kembali bangkit.
"Program PEN dengan total nilai sebanyak Rp123,46 triliun ini untuk fase pengembangan UMKM, selanjutnya, yaitu regrowth, agar bisnis yang dijalankan oleh UMKM itu bisa sustain atau dapat berkelanjutan," katanya