Sleman, Gatra.com - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi menyatakan generasi muda menjadi benteng utama Pancasila melawan rongrongan ideologi transnasional. Generasi muda juga diminta tak berdebat soal Pancasila, namun mengamalkannya.
"Pemuda menempati peran penting dalam sejarah kebangsaan Indonesia. Mereka adalah aktor penggerak sejarah. Saat ini Indonesia diprediksi menjadi kekuatan ekonomi dunia berkat bonus demografi," kata Yudian melalui rilis yang dierima Gatra.com, Sabtu (5/9).
Yudian sebelumnya menjadi pembicara kunci diskusi 'Muda Merdeka, Bicara Bangsa dan Pancasila' yang diselenggarakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yudian mengatakan meski sudah 75 tahun merdeka, Indonesia terus menghadapi tantangan kebangsaan. Saat ini ancaman terhadap persatuan bangsa Indonesia berbentuk ancaman militer asing, eksklusivisme beragama, rendahnya literasi media, dan penyebaran hoaks.
Tantangan lain terkait situasi global seperti konflik perbatasan, pertarungan ideologi, perubahan iklim, hingga kondisi krisis akibat pandemi.
"Bahkan kecenderungan masyarakat yang gemar berbicara dalam bahasa asing ketimbang bahasa lokal maupun bahasa Indonesia adalah ancaman nyata yang harus dihadapai generasi muda sekarang," lanjut Yudian.
Di situlah peran pemuda sangat diharapkan dalam program bela negara melalui bidang dan minat masing-masing. Menurutnya, keterlibatan generasi muda dalam bela negara sebagai wujud syukur hidup di Indonesia.
Apalagi Indonesia di peringkat kelima sebagai negara pengguna internet terbesar di dunia. Generasi muda Indonesia pun dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah dalam melaksanakan bela negara.
"Indonesia mestinya tidak hanya menjadi konsumen teknologi. Namun bagaimana menjadikan internet dengan media sosialnya menjadi media bela negara," ujar mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga ini.
Sebagai generasi melek teknologi, anak muda mampu memanfaatkan teknologi media untuk memperkuat ekonomi, mempererat persatuan bangsa, mendorong literasi media, mencegah berita hoaks, dan menjaga Pancasila dari rongrongan ideologi transnasional.
Yudian menyatakan partisipasi generasi muda dalam bela negara sesuai bidangnya merupakan pengejawantahan Pancasila dalam tindakan. Pemahaman dan pengamalan membuat Pancasila selalu relevan sebagai living ideology dan working ideology.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Al Makin, mengingatkan untuk mewaspadai kecenderungan generasi muda yang melupakan warisan kearifan bangsa. "Jangan sampai seperti Malin Kundang yang melupakan ibunya, ibu pertiwi dan bahasa Ibu," ujarnya.
Komitmen pada bangsa dan Pancasila tidak semata diukur dari frekuensi perberdebatan tentang Pancasila. Hal itu tetapi lebih ditentukan oleh perilaku dan tindakan Pancasilais sehari-hari.
"Enggak usah banyak berdebat tentang Pancasila. Jadilah Pancasila," ujarnya.