Semarang, Gatra.com - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ali Ramdhani meminta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), cepat merespon perkembangan zaman terkait disrupsi teknologi di era digital.
Perguruan Tinggi Islam seperti Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan perguruan tinggi Islam swasta, seharusnya tidak hanya mewaspadai tantangan terkait bidang akademik saja, namun juga tentang lompatan teknologi dan pembangunan moral mahasiswa.
"Perguruan tinggi Islam memiliki tenggungjawab lebih dibandingkan perguruan tinggi umum dalam hal pembangunan attitude dan moral spirtual bagi anak didiknya," katanya di kampus UIN Walisongo Semarang usai acara Focus Group Discussion (FGD) Penguatan Kelembagaan Dalam Rangka Alih Status Menuju UIN Pekalongan, Kamis (03/9) lalu.
Perguruan tinggi, lanjut Ramdhani pada dasarnya harus mampu "Question The Ask". Ask merupakan akronimasi dari Attitude, Skill, dan Knowledge. Ada elemen Attitude yang menjadi aspek integral tak terpisahkan bersama dengan keterampilan (skill) dan ilmu pengetahuan (knowledge).
IAIN, UIN, dan kampus agama lainnya harus memasuki paradigma baru sebagai produsen sarjana yang berilmu lagi pintar bertransformasi. Dalam hal ini diperlukan ilmu pamungkas, yaitu "learning how to learn", atau belajar tentang cara belajar.
Dewasa ini pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi luar biasa cepat. Dalam satu hari saja jutaan teori baru ditulis dalam berbagai jurnal.
"Maka sekuat apa pun kemajuan yang dicapai PTKI kalau tidak memiliki kecepatan belajar maka akan tertinggal dan mati. "Ilmu yang anda sekalian pegang, itu harus mengantar kepada dinamika zaman" tambah Ramdhani.
Walaupun PTKI bukan instutusi teknologi, tetapi tetap harus menguasai, memanfaatkan, dan terlibat dalam fase industri 4.0 atau era otomasi. Bila PTKI merasa sudah selesai, maka itu akan membuatnya benar-benar selesai. PTKI, pesan Dhani, jangan menjadi menara gading yang hanya enak dilihat, tetapi harus menjadi mercu suar yang dapat memberi tuntunan.