Jakarta, Gatra.com – Politisi Gerindra, Arief Poyuono menilai pemikiran ekonom Faisal Basri perlu diluruskan terkait pandangan mengenai resesi di Indonesia dan kesannya hanya sekadar menciptakan sentimen terhadap pemerintah yang saat ini tengah berjuang menekan pandemi Covid-19.
“Menurut saya, Faisal Basri sebagai ekonom kurang lihai membaca indikator ekonomi yang terjadi selama pandemi,” kata Arief Poyuono di Jakarta, Rabu (2/9).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menilai pernyataan Faisal Basri di sejumlah media tidak tepat sasaran atau boleh dikata keliru menafsirkan mengenai resesi.
“Gini kalau kata Faisal Basri pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal III akan minus tiga, artinya ekonomi bertumbuh dong dari minus 5,32 persen naik menjadi minus 3 persen yang mengarah 3 prosentase digit titik 0,” katanya.
“Dengan demikian artinya ada progres yang trend ekonomi bertumbuh dong,” tambah Arief.
Arief menyebut bahwa jika resesi ekonomi memang rumusnya didasarkan pada pertumbuhan ekonomi, itu jika indeks nilai prosentase pertumbuhan ekonomi mengalami indeks minus. Dan didasarkan pada indeks minus dari pertumbuhan ekonomi yang nilainya lebih kecil dari kwartal sebelumnya.
“Mungkin jika indeks pertumbuhan ekonomi kwartal II itu minus 5,32 persen dan kemudian indeks minus makin tinggi, itu baru disebut resesi,” katanya
Nah ini kwartal III, lanjut Arief kan banyak yang memprediksi indeks pertumbuhan ekonomi antara 2-4 persenan, yang artinya ada pertumbuhan ekonomi dan ini bisa jadi sebuah optimisme bahwa perekonomian di era Covid-19 mulai menunjukan harapan untuk bangkit, dengan mulai tumbuhnya, lapangan kerja baru, peningkatan belanja pemerintah, konsumsi masyarakat dan meningkatnya angka ekspor.
“Jadi sudah benar kata kata pak Menko Perekonomian dong.. Daripada omongan Faisal Basri sang ekonom itu,” ujarnya.
Arief menyangga pendapat Faisal Basri yang sebelumnya menyebut pemerintah kurang paham mengenai resesi. Faisal mengkritik pernyataan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020, yang minus belum tentu resesi.