Jakarta, Gatra.com – Masih tingginya jumlah kasus baru positif Covid-19 di Indonesia mendapatkan perhatian banyak kalangan. Berdasarkan data yang dirilis Sabtu (29/8), kasus baru positif Covid-19 menembus rekor harian dengan jumlah 3.308 kasus. Wakil Ketua Fraksi PKS Sukamta mengatakan angka tersebut perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
Langkah antisipasi, terang Sukamta, diperlukan karena hingga saat ini belum diketahui kapan puncak kurva penyebaran virus akan terjadi. “Sementara kapasitas pengujian masih terbatas karena kendala SDM dan peralatan, bahkan ada kabar beberapa daerah menekan jumlah tes agar jumlah angka positif tidak melonjak,” ujar anggota Komisi I DPR RI itu dalam keterangan yang diterima Gatra.com, Selasa (1/9).
Menurutnya perlu kebijakan yang tepat untuk mengatasi penularan infeksi wabah corona, terlebih saat ini ahli epidemiologi kesulitan memprediksi puncak dan akhir dari penyebaran Covid-19 di Indonesia. “Ada yang menyebut jika penanganan Covid-19 masih lambat seperti saat ini, puncaknya baru akan terjadi pada awal semester 2021. Sementara kita lihat masyarakat karena tuntutan ekonomi sudah mulai beraktivitas seperti biasa, disiplin protokol kesehatan juga masih sulit ditegakkan,” katanya.
Sukamta mengatakan dalam kondisi saat ini jangan sampai ada langkah pembiaran atau penerapan kebijakan yang kendor, baik dari pemerintah maupun masyarakat. “Kondisi ini mestinya disikapi dengan langkah-langkah yang lebih progresif oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Jika kapasitas testing dan tracing masih rendah, bagaimana mungkin upaya penanganan bisa maksimal. Ini yang mestinya diprioritaskan oleh pemerintah.”
Menurut Sukamta, upaya pemerintah untuk membuat vaksin dengan bekerja sama dengan beberapa perusahaan di Cina dan Korea Selatan merupakan langkah yang perlu, tetapi jangan sampai hal itu seakan-akan menjadi jurus pamungkas.
"Saya kira membangun optimisme publik dengan siap produksi vaksin sah-sah saja, tetapi pemerintah jangan hanya andalkan vaksin. Karena isu kesiapan vaksin yang gencar disampaikan pemerintah sebagaimana dahulu adanya wacana pelonggaran PSBB dan new normal bisa berimbas membuat masyarakat berperilaku lebih longgar. Jika masyarakat merespon seperti itu, hal ini akan semakin menyulitkan dalam mengendalikan penyebaran virus,” ujarnya.
Anggota DPR RI asal Yogyakarta itu menyebabkan prioritas pemerintah di dalam menangani Covid-19 seharusnya fokus pada dua hal. Pertama, pemerintah sesegera mungkin untuk memperbesar kapasitas didalam melakukan testing dan tracing, dengan menambah jumlah pengujian. WHO menyebutkan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia, setidaknya bisa dilakukan 50 ribu pengujian setiap hari. Kedua, masyarakat secara luas harus disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Dua hal itu sekarang prioritas dan fokusnya. Jika ada kendala SDM dalam hal testing dan tracing, semestinya pemerintah bisa bekerjasama dengan perguruan tinggi, sekolah kesehatan dan lain-lain. Pemerintah juga bisa meniru model pool test yang dilakukan Pemda Sumatera Barat di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, yang terbukti mampu meningkatkan jumlah tes secara masif,” katanya.
Ia menambahkan semestinya dalam bidang anggaran semestinya tidak ada kendala. Namun berdasarkan data terakhir yang dirilis pemerintah, anggaran dilaporkan baru terserap Rp7,36 triliun atau baru mencapai 13,98% dari pagu yang sebesar Rp87,55 triliun hingga Senin pekan lalu (24/8).
Lebih lanjut dalam soal kedisiplinan masyarakat dalam protokol kesehatan, Sukamta meminta pemerintah tidak hanya berlaku normatif dan formalitas dalam membuat seruan. Menurutnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 harus diikuti dengan langkah nyata dalam melakukan sosialisasi.
"Mestinya pemerintah dan pemda dahulukan sosialisasi secara masif. Pemerintah dan pemda dengan anggaran yang ada juga bisa sediakan masker dalam jumlah cukup secara berkala ke masyarakat. Aparat pemerintah juga harus bisa menjadi teladan dalam menjalan disiplin protokol kesehatan. Saya yakin dengan keseriusan untuk mensosialisasikan, masyarakat akan semakin disiplin,” pungkasnya.